Main Cast : Kang Ha Sang (OC), Kris Wu (EXO-M)
Support Cast : Eun Yo (OC), Kim Joon Myeon (EXO-K), Byun Baekhyun (EXO-K)
Type : Oneshoot -maybe-
Genre : Romance, Friendship, Comfort
Rating : PG-15
Notes : FF ini asli pemikiran autor tanpa ada bantuan dari pihak lain, mohon di mengerti^^
Katakan padaku apa yang harus aku
lakukan. Kau tidak mendiamkanku seperti patung, tidak mengabaikanku seperti tak
dianggap, tidak juga membuangku seperti sampah. Tapi kau.. tidak peduli padaku,
tak ada sedikit perhatian yang kau tumpahkan padaku, seperti tidak ada cinta di
hatimu untukku. Kau kekasihku, tapi aku tidak merasakan itu..
“Kris-ah apakah kau sudah makan?” Tanya
ku padanya saat kami berdua sedang duduk ditaman universitas.
“Sudah, kau sendiri?” Ia menjawab
sembari memamerkan senyuman khasnya. Aku hanya menjawabnya dengan sebuah
anggukkan. Setelah itu, terjadi sebuah keheningan yang melanda di antara kami.
Tiba-tiba aku merasa sesuatu menggoyak
perutku, semacam sakit perut bulanan.
“Errng….” Aku mengerang tertahan sehingga
mengeluarkan sedikt suara, sedikit melirik pada Kris yang berada di sampingku
berharap ada reaksi darinya. Namun nihil, Kris masih berkutat serius dengan
buku dan headphone yang menguntai di kedua telinganya. Aku menggigit bibir
bawahku menahan sakit di perut dan hatiku. Sakitnya terasa berkali-kali lipat,
Kris selalu saja seperti itu, selalu tidak peduli saat aku mengharapkan
kepeduliaannya, Kris tidak pernah peka dengan apa yang aku rasakan, atau… dia
pura-pura tidak peka, ah aku tidak tahu apa yang membuatnya seperti ini, aku
hanya ingin sebuah perhatian dan kepedulian darinya, hanya itu. Aku tidak
meminta lebih darinya. Bukankah itu hal wajar? Ingin di perhatikan oleh
kekasihnya sendiri?
Sakit di perutku semakin terasa ditambah
dengan sakit di hatiku, aku meremas ujung bajuku, aku tidak ingin merengek
kesakitan dedepan Kris, aku bukan gadis yang manja.
“Eung.. Kris.. a..aku kekelas duluan
ya..” Ucapku menyetuh pundak Kris, kemudian berdiri dan hendak melangkah
meninggalkan Kris saat suaranya kembali terdengar di telingaku. Aku menoleh
padanya.
“Apa? Bukan kah waktunya masih lama?”
Ujarnya sembari melirik jam tangan yang ada di pergelangan tangan kanannya.
“Eung... Ne.. a..aku sakit perut dan ingin istirahat di kelas saja.” Jawabku
sedikit terbata menahan sakit, aku sedikit berharap padanya.
“Ah begitu..Baiklah kalau begitu lebih
baik aku juga masuk kelas.” Lalu ia bangkit dan melangkah menghampiriku,
tangannya menarik tanganku dan menggenggamnya.
Lihat saja.. tidak ada respon darinya
mengenai keadaanku, tapi dia tidak pernah melupakanku Kris selalu mengganggapku
ada. Kami mulai melangkahkan kaki menuju kelas kami, tapi aku menundukkan
wajahku, menggigit bibir bawahku.. selalu begini, aku harus bagaimana, yang ku
inginkan dari Kris seperti yang kuucapkan tadi sebuah perhatian darinya...
***
From : Kris Wu<3
Baby-ah~ Mianhae aku tidak bisa mengantarmu pulang, hari ini ada rapat
dengan club potografi, nanti malam aku ke rumahmu, Love you :*
Itu isi pesan yang baru saja ku terima
dari Kris, aku menghela nafas sudah beberapa hari ini Kris selalu sibuk dengan
club photografinya itu mengingat akhir bulan ini di kampus kami akan mengadakan
sebuah pameran, jelas Kris sangat sibuk, ia sendiri mendapat kedudukan tinggi
di jabatannya, sebagai ketua. Aku memakluminya dan aku mengerti dengan
posisinya itu. ku putuskan membalas pesannya.
To: Kris Wu<3
Ne,
gwenchana^^ Love you too :*
Aku memasukan ponselku kedalam kantung
hoodie-ku, lalu aku kembali menyibukan diri berkutat dengan kanvas dan alat
lukisku yang lain. Ini lah aku, seorang gadis yang menyukai seni lukis, aku
masuk jurusan seni rupa di salah satu universitas terkenal di korea ‘Yonsei University’. sedangkan Kris, ia
masuk jurusan bisnis. Ia pernah berkata padaku ia ingin menjadi seperti ayahnya
yang menjadi pengusaha terkenal di kota kelahirannya, Cina. Karena perusahaannya
bercabang di Korea, ia memutuskan untuk belajar dan melanjutkan perusahaan
ayahnya itu di Korea. Kris memang tampan, berwibawa dan gentle itu yang
membuatnya selalu dielu-elukan oleh gadis-gadis yang berada di sekitar kampus. Kadang
aku berfikiran apakah sikap Kris selama ini yang tak acuh kepadaku karena dia
memiliki gadis lain? Ah bodoh sekali aku. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku,
aku tak boleh berpikiran seperti itu! aku menghela nafas, tapi kenyataannya
memang seperti itu, Kris tidak pernah menaruh perhatian yang lebih terhadapku
dari pertama kita berpacaran, lalu sebenarnya apa aku ini? Kekasihnya kah atau,
hanya sekedar pendampingnya?
“Ya, Ha sang-ah, apa yang kau lakukan,
huh?” suara Eun yo –sahabat sekaligus teman satu jurusanku- membuyarkan
lamunanku. Aku menoleh padanya dan tersenyum kepadanya sebagai jawaban.
“Kau pulang dengan Kris hari ini?”
tanyanya sembari duduk di kursi yang berada disampingku.
“Tidak, Kris ad--“ belum selesai
aku melanjutkan kalimatku, Eun yo sudah memotongnya.
“Baguslah, hari ini kau harus menemaniku
membeli hadiah untuk Joon Myeon, kau tahu kan minggu depan dia ulang tahun. Aku
hanya memiliki waktu luang hari ini, besok-besok aku disibukkan dengan pameran
itu.” ah ya ya ya, Eun yo memang salah satu dari panitia pameran yang akan di
laksanakan akhir bulan ini, tapi mengapa anak ini tidak ikut rapat seperti Kris
dan malah memintaku menemaninya untuk membelikan hadia untuk kekasihnya Joon
Myeon? Atau mungkin beda urusan? Ya mungkin saja, aku tidak mengerti tentang
pameran itu.
“Hey, Ha sang-ah, kenapa kau malah
melamun, mau tidak? Mau ya? pasti mau, pokoknya kau harus mau!” Selain memiliki
kebiasaan memotong pembicaraan orang lain, Eun yo juga orang yang suka memaksa,
dan untuk kali ini pun aku tak bisa berkilah, aku akan menemaninya hari ini,
toh di rumah juga aku mau apa.
“Baiklah...”
***
Disini, tepatnya di Myeong Dong aku dan
Eun yo mencari hadiah untuk Joon Myeon. Dari dua jam yang lalu kami berkeliling
kesana-kemari namun Eun yo belum menemukan hadiah yang pas untuk kekasihnya
itu. Tadi, ia hampir saja membeli sebuah syal berwarna ungu, namun diurungkan
karena ia berfikir pasti Joon Myeon sudah terlalu banyak memiliki syal teringat
setiap kali Eun yo dan Joon Myeon berjalan-jalan di Sungai Han pada musim gugur
dan musim dingin, Joon Myeon selalu memberikan syalnya kepada Eun yo, karena
kebiasaan –lainnya- yang selalu lupa membawa syal.
“Eun yo-ah, mau sampai kapan kita
berkeliling seperti ini? Apa sebaiknya kita tidak istirahat dulu sebentar? Aku
lapar kakiku pegal.” Melasku pada Eun yo. Dari dua jam yang lalu aku belum
membeli sesuatu dan bahkan aku belum duduk, kakiku rasanya mau copot.
“Eum... baiklah..” ujarnya seraya
melirik jam tangan yang melingkar di pergelanagan tangan kirinya. “Bagaimana
kalau kau pergi duluan kekedai makanan yang disana, dan memesan makanan
untukku, aku masih ingin mencari hadian untuk Joon Myeon, takut tidak keburu.”
Eun yo menunjuk salah satu kedai makanan yang tak jauh dari sana.
“Baiklah, kau ingin memesan apa?”
“Samakan saja denganmu.”
Setelah percakapan terakhir kami, kami
berdua berjalan kearah yang berlawanan. Aku pergi kesalah satu kedai makanan
sedangkan Eun yo masih mencari hadiah untuk kekasihnya.
Aku masuk ke kedai tersebut dan duduk
disalah satu meja kosong yang tersedia. Lalu memesan dua ddukbokkie dan dua vanilla-late untukku dan untuk
Eun yo. Tak berapa lama pesananku datang. Aku sudah tak sabar menyantap makanan
ini, perutku sudah meraung-raung meminta diisi, tapi sebelumnya aku harus
menghubungi Eun yo terlebih dahulu. Aku hendak mengambil ponsel yang berada di
kantung hoodieku saat mataku tak sengaja menangkap siluet yang tak asing lagi
di indra penglihatanku. Aku memicingkan mataku memperjelas apakah aku tidak
salah melihat, apakah itu orang yang ku kenal, bahkan bukan sekedar kukenal. Setelah
yakin dengan penglihatanku, mataku membelalak, aku menutup mulutku. Itu…. Bukan
kah itu Kris? Bukan kah itu Kevin Li pacarku? Tapi mengapa dia ada disini dan..
dia merangkul seorang gadis yang tak ku kenali, siapa dia? Setahuku Kris memang
memiliki adik perempuan, namun ia masih kecil dan ia tinggal di Cina. Lalu
siapa gadis yang bersama Kris itu? Ya Tuhan! Aku merasa mataku mulai panas,
ayolah Ha sang jangan seperti ini, mungkin itu temannya Kris, atau sepupunya –yang
ku yakin sebenarnya Kris tidak mempunyai keluarga di Korea-. Aku menggigit
bibir bawahku kencang-kencang, menahan supaya tangisku tidak pecah. Aku
terduduk lemas dikursiku. Apa aku harus bertanya pada Kris? Ya aku harus
bertanya, walau bagaimanapun aku adalah kekasihnya. Aku mengambil kembali
ponselku yang masih berada dalam kantung hoodieku. Aku menyentuh layar benda
mungil canggih dengan berbagai kegunaan itu, dan tak butuh waktu yang lama
untuk menemukan nama Kris Wu di list messageku.
To : Kris Wu<3
Kau dimana?
Aku mengklik tombol warna biru di
ponselku dan menunggu balasan dari Kris. Aku menggenggam ponselku erat-erat
seakan takut benda multi fungsi itu hilang dari genggamanku. Tak lama kemudian
ponselku bergetar, aku langsung menyalakannya dan tak salah lagi di layar
ponselku menari-nari sebuah amplop kuning dan pengirimnya dari Kris.
From : Kris Wu<3
Aku masih di kampus Ha sang-ah, waeyo?
Aku tak mungkin salah lihat, mataku
masih normal. Tapi Kris bilang ia masih ada di kampus, aneh sekali mana mungkin
Kris berubah menjadi ada dua kan? Aku hendak mengetik balasan untuk Kris saat
Eun yo tiba-tiba duduk di depanku.
“Ah, akhirnya aku menemukannya, semoga
ini cocok untuk Joon Myeon.” Ia mengangkat sebuah kardus berisikan headphone
berwarna ungu yang ku yakin itu hadiah untuk Joon Myeon. “Ayo cepat makan,
pasti makanannya sudah dingin kan?” ia berujar kembali. Aku ingat bukan kah Eun
yo juga terlibat dalam pameran? Apa aku Tanya saja padanya?
“Eun yo-ah…”
“Hmm…” itu yang terdengar darinya,
karena mulutnya sudah di penuhi oleh ddukbokkie.
“Bukan kah kau panitia dari pameran, mengapa
kau tidak ikut rapat hari ini?”
Eun yo hendak menyuapkan ddukbokkienya tetapi diurungkan niatnya
berganti menatapku dengan ekspresi bingung.
“Hari ini tidak ada rapat untuk pameran
Ha sang-ah.” Lanjutnya, kemudian langsung menyuapkan ddukbokkienya yang tadi sempat terhenti.
“Tidak ada? Club potografi apakah ada
rapat?” Tanyaku lagi, yang kali ini hanya dapat gelengan dari Eun yo karena
mulutna penuh dengan makanannya lagi.
“Hari ini setahuku tidak ada rapat
apapun, Ha sang-ah. Dan kau bilang club potografi ada rapat? Tentu tidak kalau
iya mana mungkin aku berada disini, aku juga kan salah satu anggota club itu.” Ah
ya, benar juga kenapa tidak terfikirkan olehku dari tadi sih? Eun yo juga kan
salah satu anggota club potografi, dan ia skretasi di club itu, kalau Kris
sebagai ketua mengadakan rapat mengapa Eun yo sebagai skretaris tidak di ajak
rapat?
“Memangnya kenapa kau bertanya seperti
itu, Ha sang-ah?” aku menimang apakah aku harus bercerita padanya mengenai Kris
atau tidak. Dan akhirnya aku memutuskan untuk menceritakan semuanya dari awal.
“Astaga… apa kau benar-benar yakin itu
Kris?” komentarnya saat setelah aku menceritakan semuanya. Aku hanya
mengangguk, air mataku sudah mengalir di kedua pipiku sedari tadi.
“Mengapa kau tidak mengejarnya Ha
sang-ah? Dan mengapa kau hanya diam begini, hubungi Kris dan mintai
jekelasannya.”
“Aku bingung, aku takut aku hanya salah
paham. Aku tidak mau dibilang kekasih yang cemburuan Eun yo-ah..”
“Ya Kang Ha sang, mau sampai kapan kau
begini terus? Ini bukan yang pertama, ini sudah yang kesekian kalinya kau di
perlakukan seperti itu oleh Kris, didepan mu dia tidak melakukan apa-apa tapi
di belakangmu? Siapa yang tahu kan? Sudahlah aku tidak suka padanya, putuskan
saja dia Ha sang-ah..” dan satu lagi kebiasaan Eun yo, jika ia sedang marah
suaranya tidak bisa dikecilkan, bahkan ia memarahiku sambil berdiri, hingga
orang-orang di sekitar kami melihat kearah kami.
“Eun yo-ah, bisa kah kau duduk dan
mengecilkan suaramu? Orang-orang sedang melihat kearah kita.” Ucapku parau
sambil menunduk.
“Ah, ya.. joesonghamnida~” Katanya meminta maaf sambil membungkukkan badannya
kepada orang-orang disekelilingnya.
“Baiklah, sampai mana tadi? Ah ya.. jika
besok aku bertemu dengannya, aku akan memarahinya!” ucapnya kembali dengan
penuh emosi, namun kali ini nada suaranya lebih pelan dari pada yang tadi.
“Tidak… biarkan aku sendiri yang
menyelsaikannya, aku tidak mau merepotkan orang lain. Lagi pula ini urusanku
Eun yo-ah.”
“Baiklah kalau begitu, kau yang sabar,
jika kau sudah tidak tahan lagi sudahilah semuanya, aku tak mau melihatmu
terluka karenanya lagi.” Eun yo memandangku penuh rasa iba, kemudian ia
memelukku. Aku masih sangat bersyukur pada Tuhan, karena Tuhan mengirimkan
sahabat sebaik Eun yo untukku.
***
Aku melangkahkan kakiku gontai keluar dari kamar
apartemenku. Kris barusan mengirimku pesan singkat kalau ia sedang menuju
apartemenku. Tadinya aku ingin menolak agar ia tidak datang malam ini, namun
kuurungkan niatku karena kupikir aku harus menyelesaikan masalahku malam ini
juga. Hendak saja aku mendaratkan pantatku di atas sofa berwarna caramel, bel
apartemenku berbunyi yang kuyakini itu pasti Kris. Aku menghela nafas berat,
kemudian berjalan menuju pintu. Saat aku membuka pintu, sosok jangkung itu
sudah berdiri dengan tegak. Kedua tangannya dimasukan kedalam saku celananya. Ia
tersenyum kepadaku, lebih tepatnya ia memamerkan cengiran khasnya yang selalu
membuatku luluh lantah, oh Tuhan Kris! Ia mendekatkan tubuhkan padaku dan
langsung memelukku. Aku berniat membalas pelukannya, namun sepertinya itu sama
saja akan membuat pertahananku runtuh.
“Masuklah..” kataku dan melepas pelukannya.
“Hey nona Kang, kau kenapa? Kau tak suka aku datang malam
ini?”
“Tidak, bukan seperti itu.. Sudahlah ayo cepat masuk.”
Aku menutup pintu apartemenku dan hendak saja aku ingin
mendahului Kris masuk kedalam apartemenku, Kris menahan pergelangan tanganku.
“Kau tak biasanya, kau kenapa?”
“Aku tak apa, ayo masuk. Aku akan membuatkanmu coklat
panas. Tunggulah sebentar.” Ucapku disertai seulas senyuman yg sebenarnya ku
paksakan, yah semoga saja Kris tidak menyadarinya, karena aku langsung pergi ke
dapur. Yang kulihat setelah kepergianku Kris mematung di tempat sebentar lalu
ia beranjak ke sofa.
Tak perlu lama untuk membuat dua cangkir coklat panas,
aku sudah terlalu sering membuatkannya untuk Kris, dan Kris bilang coklat panas
buatanku adalah coklat panas terenak yang pernah ia coba, terlalu berlebihan
memang. Aku melihat Kris tengah asik menonton salah satu acara reality show
yang ditayangkan di televisi. Aku duduk disampingnya seraya menyodorkan
secangkir coklat panas miliknya.
Terjadi keheningan antara aku dan Kris, entah mengapa
mulutku terasa kelu untuk memulai percakapan. Aku kembali menyesap coklat
panasku perlahan, kepulan dari uapnya semakin sedikit. Mataku melirik Kris yang
duduk disampingku, ia sedang asik dengan ponselnya itu entah apa yang membuat
perhatian Kris beralih pada ponselnya. Mungkinkah gadis yang berasamanya di
Myeong dong tadi? Baiklah aku tak tahu, dan lebih baik aku segera menanyakan
semuanya sekarang.
Aku bedehem, perhatiannya sedikit teralihkan padaku. Ia
menatapku penuh tanya. Sedangkan aku menatap lurus-lurus cangkir coklat
panasku. Mulutku belum juga ingin mengeluarkan sepatah kata, ayolah Ha sang,
berbicara!
“Seharian ini... Kau kemana saja?” akhirnya! Aku berhasil
berbicara padanya, walaupun hanya sekedar basa-basi.
“Maksudmu? Aku kan sudah bilang, hari ini aku rapat
bersama club potografi.”
“Benarkah? Tapi mengapa Eun yo tidak ikut? Seharian ini
aku bersama Eun yo, bukan kah Eun yo juga bagian terpenting dari clubmu? Bahkan
Eun yo bilang tidak ada rapat apapun untuk hari ini.” Aku berhasil
mengatakannya dengan lancar dengan memandang ke arahnya. Ekspresinya tak bisa
ku artikan, entah lah semula wajahnya memang terlihat tegang, namun seperkian
detik kemudian wajahnya kembali tenang. Itulah Kris ia selalu berhasil
menguasai ekspresi wajahnya.
Ia mengela nafas, aku masih diam menunggu jawaban darinya.
“Baiklah Ha sang-ah, aku minta maaf aku berbohong padamu.
Hari ini aku menemani seorang teman yang datang dari Cina.” Ia menggenggam
tanganku, kedua mata tajamnya menatap mataku, namun aku mengihindari tatapan
itu. karena aku tahu, tatapan itu mampu mengunci hatiku, dan aku tak ingin.
“Menemaninya berbelanja di Myeong Dong?” tanyaku langsung
tanpa melihatnya. Tangannya yang semula menggenggamku mengendur.
“Ba..bagai mana kau...”
“Bagaimana aku tau?” aku tersenyum padanya. Kini aku
menatapnya. “Tentu aku tahu, tadi siang aku menemani Eun yo membeli hadiah
untuk Joon Myeon di Myeong Dong, dan tanpa sengaja aku melihatmu, kau merangkul
gadis itu dan kau tertawa bersamanya.”
“Ha sang-ah, ku mohon jangan salah paham dulu.” Kini ia
kembali mengeratkan genggamannya pada tanganku. Aku menggeleng. Aku sudah
terlalu cape dengan semua ini. Aku ingin menyudahinya, menyudahi kesakitan yang
ia perbuat padaku tanpa ia peduli perasaanku.
“Mian Kris, aku
rasa sudah tidak ada lagi yang perlu kau jelaskan. Ini bukan yang pertama, kau
ingat?” Kris tersentak saat mendengar kaimat terakhir yang ku lontarkan. Ya,
ini memang bukan yang pertama, melainkan yang kesekian kalinya. Dan bodohnya,
aku selalu percaya padanya, aku selalu memberinya maaf, hingga tanpa kusadari
aku jatuh terlalu dalam pada cintanya.
“Tapi Ha sang-ah, sungguh yang ini kau salah paham.” Mata
itu, mata tajamnya kini menusuk tepat di kedua mataku. Aku memejamkan mataku
dan menutup kedua telingaku, aku tak ingin mendengar penjelasan apapun lagi
darinya. Aku tak ingin jatuh kedalam kesalahan yang sama untuk yang kesekian
kalinya.
“Cukup Kris, aku cape. Aku cape dengan hubungan ini. Tidak
kah kau memikirkan perasaanku barang sedikit saja? Aku rasa kita sudahi sampai
disini saja.” Yeah aku yakin dengan keputusanku. Setelah ini aku akan menjalani
hariku seperti biasanya, walau tanpa dia disisiku.
“Baiklah jika itu maumu, yang perlu kau tahu, dia hanya
teman masa kecilku yang memintaku menemaninya belanja. Dan kau harus tau, aku
mencintaimu Ha sang-ah.” Ia masih menatapku, namun aku –lagi-lagi
menghindarinya. Aku sudah memantapkan hatiku, apapun alasan yang ia berikan
padaku aku tak akan mempercayainya, walaupun dengan beribu kata manapun aku tak
akan kembali padanya. Ia berdiri, lalu mencium puncak kepalaku, untuk yang
terakhir kalinya. Kemudian ia berjalan keluar, meninggalkan apartemenku. Sebelum
ia benar-benar pergi aku mendengarnya bergumam “Jaga dirimu baik-baik, aku akan
kembali ke Cina setelah pameran nanti.” Aku menoleh ke pintu, sosoknya sudah
tiada. Ia sudah pergi, sekuat tenaga aku menahan air mataku tadi dan kini ia
telah turun dengan bebas membasahi kedua pipiku. Dia bilang, dia akan kembali
ke Cina? Lalu apa yang harus aku lakukan? Mengejarnya? Tidak mungkin! Aku
sendiri yang sudah memutuskannya, dan aku harus benar-benar memulai hari yang
baru tanpa kehadiran seorang Kris Wufan.
“Even if it’s painful, I’ll pretend it’s
nothing
Even if I’m tearing there’s a way to keep it in
Even if my heart is scarred
There’s a way to still peacefully smile
That is the way to break up”
Even if I’m tearing there’s a way to keep it in
Even if my heart is scarred
There’s a way to still peacefully smile
That is the way to break up”
***
Satu bulan berlalu setelah kejadian itu, pameran sudah
selesai di laksanakan dari satu minggu yang lalu. Dan Kris sudah kembali ke
Cina beberapa hari yang lalu. Ia sempat menemuiku untuk mengucapkan salam
terakhir dan meminta maaf padaku. Tanpa ia meminta maaf pun aku sudah
memaafkannya. Dan aku benar-benar hidup dengan lembaran baru, tanpa merasa
sedih karena ditinggal olehnya, tanpa merasa kesepian karena tak ada dia di
sampingku. Toh aku masih mempunyai Eun yo yang dengan setianya ia selalu
menemaniku kemanapun.
“I’ll
have to get used to the days without you
and tomorrow I will feel slightly better
It will slowly fade and be forgotten”
and tomorrow I will feel slightly better
It will slowly fade and be forgotten”
Kini hanya ada kenangan
antara aku dan Kris, aku tidak akan melupakannya. Aku akan menyimpannya dalam
hatiku. Walaupun penggantinya akan mengisi hatiku, namun kenanganku dan Kris
tidak akan pernah aku lupakan. Selamat tinggal Kris Wu…
Hhh… aku sangat bosan
sore ini. Eun yo pergi bersama Joon Myeon, jadi dia tidak bisa menemaniku
jalan-jalan. Aku memutuskan untuk jalan-jalan ke sungai Han sekedar untuk
mengusir rasa penatku yang akhir-akhir ini membuatku tak nyaman. Udara sore di
sungai Han semakin mendingin, mengingat sebentar lagi akan pergantian musim. Musim
dingin, aku menyukai musim dingin. Karena di musim dingin salju turun, dan
tentu saja identik dengan natal. Aku sangat senang karena di musim ini aku bisa
berkumpul dengan keluargaku, merayakan natal bersama di rumah, pasti
menyenangkan! Udaranya semakin dingin, sialnya aku lupa membawa syal karena
terlalu terburu-buru. Aku menggosokkan kedua tanganku, kepulan uap keluar dari
mulutku saat aku menghembuskan nafas dari mulutku. Err… benar-benar dingin!
“Hey, bukan kah kau Ha
sang-ssi?” seseorang bersuara baritone menyapaku. Aku menoleh ke arahnya,
mendapati seorang laki-laki berparas imut mengenakan mantel coklat dengan kedua
tangannya di masukan kedalam saku mantelnya, dan syal merah melilit di lehernya.
Tampan.. satu kata itu tiba-tiba melintas di otakku. Aku mengerjapkan mataku,
aihs Ha sang, baru saja kau putus dari Kris sekarang kau mau naksir laki-laki
yang tak kau kenal sama sekali?
“Haloo?” sapanya lagi,
kali ini ia mengibaskan tangannya di depan wajahku, astaga aku melamun sedari
tadi!
“Ah, ne? waeyo?”
“Kau tidak mengenaliku?”
wajahnya yang ceria terlihat murung dan kecewa saat ia mengatakan kalimat
barusan, dan itu terlihar lucu senkali dimataku, ya Tuhan aku ingin
mencubitnya!
“Ah? Nuguya?” aku merasa bersalah padanya,
aku benar-benar tidak mengenalinya!
“Aku Baekhyun, Byun
Baekhyun.. apa kau lupa padaku?” ia kembali memamerkan cengirannya yang membuatnya
terlihat semakin menggemaskan, astaga anak ini.. tunggu siapa? Byun Baekhyun? Ah
ya aku ingat, dia teman semasa SMP ku dulu, banyak yang berubah darinya, aku
tak ingat kapan terakhir kali bertemu dengannya, harus ku akui pemuda ini dari
dulu memang tampan, aku sempat menaruh hati padanya. Dan mungkin kah kali ini
pun aku jatuh hati lagi padanya?
***
Ini FF bercast
member EXO yang pertama ku buat, gatau deh gimana ceritanya aneh gaje
atau apa. ceritanya masih gantung atau end gatau deh :D
0 comments:
Posting Komentar