Selasa, 14 Juni 2011

Love Story ~part5~

Posted by Avinda deviana devah at Selasa, Juni 14, 2011
Hari pertama sekolah ify tiba. Dengan semangat Ify bersiap-siap untuk menyiapkan keperluannya. Tak perlu repot-repot, karena di sekolah ini sesi Masa Orientasi Siswa (MOS) tidak –terlalu- repot, hanya sederhana. Tidak seperti sekolah sekolah lain yang di tuntut membawa bawaan layak-nya orang pindahan, dirias layaknya ondel-ondel, disiksa layaknya budak. MOS di sekolah ini lebih sehat dan positif. tak ada siksa-menyiksa, tapi selebihnya memang kegiatannya sama dengan sekolah-sekolah lain, hanya pada hari pertama saja yang berbeda.

Ify kini tengah memakai baju seragam lengkap SMPnya dulu, karena memang saat mos masih belum bisa memakai sekaram putih abunya SMA Darma Buana, karena mereka belum sepenuhnya menjalankan mos. Ify menguncir satu rambutnya yang ikal dan panjangnya melebihi bahu, dan memasang pita berwarna biru di poninya. Lalu ia menyelempangkan tasnya yang senada dengan rok biru –SMP-nya. Kemudian melangkah menuju cermin yang terpasang di meja rias, dan mematut dirinya sendiri. Di cermin itu ada pantulan dirinya yang tengah saling berpandangan (?). ify berkali-kali merapikan bajunya, mengusap-usap bagian bahunya, merapikan lagi bagian rambutnya, sesekali kepalanya memiring kekiri mencoba meneliti apa lagi yang kurang hari ini. Ify menarik salah satu ujung bibirnya, lalu bergumam “lumayan” lalu menyembangkan senyumanya “gue siap ngadepin hari pertama mos di sekolah baru, yeah!” lanjutnya bersemangat, seraya mengangkat satu tanganya penuh semangat 45. kemudian ify berjalan maninggalkan kamarnya menuju ruang makan, karena pastinya keluarga barunya itu sudah menunggunya untuk sarapan bersama.

Kalian lihat kan, hari pertama ify tak merepotkan bukan? Seperti yang sudah kalian baca sebelumnya, pada hari pertama mos di sekolah ini, tak sama dengan mos pertama di sekolah lain. Hari pertama mos disini siswa/siswi baru hanya di beri pengarahan oleh Pembina OSIS, dan OSISnya sendiri. Tetapi kemudian di hari kedua dan ketiga mos, mereka melaksanakan mos seperti di sekolah lain, dan tentunya siswa/siswi bari ini pun disuruh memakai barang-barang itu, seperti tas dari karung, rambut di kepang banyak pake tali pita, kaos kaki warna warni, oya tentu saja lebih ringan dari sekolah lain.



Seusai sarapan Rio langsung menyambar tasnya yang tergeletak di lantai samping tempat duduknya, lalu berjalan kearah mamanya untuk berpamitan dan mencium tangan mamanya. “rio berangkat ya mah” katanya seraya mencium tangan mamanya, mamanya hanya mengangguk, “pah, Rio nunggu di mobil aja ya.” Lanjutnya menoleh pada sang ayah, kemudian melanjutkan langkahnya dan kebiasaanya berjalan dengan kedua tangan di masukkan ke dalam saku celana. Tapi sesaat kemudia ia menghentikkan langkahnya, dan menoleh ke belakang.

“fy, makannya yang cepet dong, takut kesiangan, inget sekarang mos!” katanya ketus, tegas, namun pelan sambil mengendikkan dagu pada jam dinding yang menempel pada dinding ruang makan.
Ify yang sedang melakukan aksi menyuap makanannya terpaksa terhenti karena mendengar ucapan Rio tadi, sedikit merasa kesal, ia mengerucutkan sedikit bibirnya, lalu mengangguk mengiyakan ucapan rio, tanpa menoleh keasal suara itu keluar dan tanpa mengeluarkan suara, lalu Ify pun kembali menyuap makanan disendoknya dan mengunyahnya.
Sedangkan Rio tetap dengan posisi tadi hanya memutar bola matanya, lalu berdecak pelan, dan kembali berbicara “15 menit lo kudu udah selese makan” selanjutnya ia melanjutkan langkahnya, dan berlalu cepat meninggalkan ruang makan sebelum gadis itu berkata-kata lagi.


15 menit kemudian berlalu, ify mengampiri rio lebih cepat dari yang rio ucapkan tadi, kini mereka berdua tengah berada didepan mobil dan menunggu pa adit keluar. Rio bersandar pada samping mobil inova ayahnya masih dengan kedua tangan dalam saku celana, dan tak lupa earphone selalu menguntai di telinganya, matanya terpejam menghayati lagu yang terputar di ipodnya itu. Dan ify.. ia berada di posisi yang paling melas, Ify duduk berjongkok disamping Rio, menghadap mobil, dengan kedua tangannya menopang dagu dan bertumpu pada kedua lututnya. Sesekali ia menghela nafas dan mengerucutkan bibirnya, lalu mengembungkan kedua pipinya. Tak lama kemudian Adit datang, dan mereka pun melesat dengan cepat menuju Sekolah Menengah Atas Darma Buana.


***********************************************************


MOS pun telah selesai Ify lewatkan, selama 3 hari ify melaksanakan masa orientasi siswa itu dengan lancar, dan sedikit gangguan, seperti dalam membawa persyaratan yang OSIS berikan, kadang Ify bertanya pada Rio tentang syarat-syarat yang Ify tak tahu, dan Rio pun kadang memberi tahu Ify karena tak tega melihat muka melas ify yang sudah terlalu melas (?).
Kini Ify pun telah resmi menjadi siswa SMA Darma Buana, ia ditempatkan di kelas X 3, Ify juga telah mempunyai teman, yang sekarang sudah lumayan dekat dengannya dan duduk sebangku dengannya, Sivia Azizah teman baru sekaligus teman sekelas dan sebangku ify.

***

Dalam ruangan bernuansa hijau muda ini seorang gadis berpipi chuby dan bermata sipit terus mondar mandir mengelilingi ruangan yang ia sebut kamar, dengan tangan didepan dada layaknya seorang majikan yang menunggu pembantunya untuk membawakan barang kemauannya. Ya, memang gadis ini sedang menunggu pembantunya mengambilkan sepatu barunya yang disimpan dalam lemari sepatu di lantai bawah. Berkali-kali ia melirik jam yang melingkar di tangan kirinya, lalu berdecak kesal. Ia menghentak-hentakkan kakinya karena sudah merasa keki dan bosan menunggu sang pembantu.

“bik, bibik, mana sepatu via, lama banget ini udah jam setengah 7 lho, nanti via terlambat.” Teriak sivia seraya mengetuk-ngetuk jam tangannya denganjari telunjuknya.

“iya non, ini saya mau kekamar non.” Jawab si bibik –pembantu sivia- dengan logat jawanya.

Sivia kemudian mendengus kesal lalu kembali mondar mandir di kamarnya, sampai akhirnya samng bibik mengetuk pintu kamarnya.

Tok tok tok…

“masuk”

“ini non, maaf ya bibi ngambilnya kelamaan” ujar sibibi seraya membungkukkan badan.

“ya udah ga papa, oya, mama sama papa udah berangkat?” kata sivia sambil memakai sepatunya.

“sudah non, tadi pagi-pagi sekali.”

Sivia hanya membentuk mukutnya seperti huruf O, tanpa besuara.

“masih ada yang kurang non?” Tanya sang bibi.

“ngga ada, makasih bi.” Jarnya “eh tolong bilang sama pak aman, cepet siapin mobil saya mau berangkat sekarang.” Lanjutnya.

“baik non, nanti saya sampaikan pada pak amin, oya non rotinya sudah ada di meja makan ya non. Saya permisi.” Kata si bibi, lalu pergi menghilang di balik pintu.

Sivia hanya mengangguk saja, sebelum akhirnya pembantunya keluar.

Sivia azizah yang teman sebangkunya Ify, ia tinggal hanya berdua dengan pembantunya, karena kedua orang tuanya jarang sekali berada dirumah, paling hanya seminggu dua atau tiga kali mereka ada dirumah, karena kesibukkan pekerjaan. Tapi itu tak membuat sivia kehilangan kasih sayang dari orangtuanya, karena orang tuanya masih sangat peduli padanya.





**********************************************************



Ify berjalan sendiri menelusuri koridor sekolah, setelah tadi sempat berjalan berdampingan dengan Rio, tetapi akhirnya berpisah karena Rio pergi keruangan OSIS, sebetulnya hanya alasan saja Rio pergi keruang OSIS karena sebenarnya Rio tak mau ada orang yang melihat mereka jalan berdampingan. Tapi toh itu pun tak jadi masalah buat Ify, karena sejujurnya Ify agak risih bila dekat dengan Rio, pasti ia akan diintrogasi oleh fans-fansnya Rio di sekolah, dia akan ditanyai seperti ini “hay fy, lo siapanya Rio ko semobil sama Rio?” ya seperti itu lah pertanyaannya, seperti pagi ini ia sudah ditanyai oleh beberapa orang tentang kedatangannya bersama Rio, tapi Ify hanya menjawab “kebetulan aja” singkat sesingkat singkatnya lalu langsung pergi, karena tak mau ditanyai lebih lanjut lagi. Ya memang jawaban ify tadi bukanlah sebuah alasan yang memuaskan, orang yang menanyai Ify masih sangat penasaran dengan itu, tapi kebanyakan orang tak mempedulikan itu.

Ify mengalihkan pandangan kesebelah kanan, disitu terlihat lapangan basket yang sudah dipenuhin oleh kakak-kakak kelasnya yang sedang bermain basket, banyak juga anak-anak dari kaum hawa yang menonton permainan basket itu. Tentu saja yang bermain basket disana adalah sekumpulan pemuda tampan yang menjadi the most apalah itu Ify tak tahu, hanya yang ia ingat dalam the most, the most itu terdiri dari beberapa pemuda tampan yang Rio juga termasuk dalam julukan the most itu. Seingat Ify ada 4 orang pemuda yang menjadi bintang sekolah itu. Mario Stevano si anak cablak nan pongah namun tetap ramah dan baik hati dengan wajah tampan dan senyuman miringnya menambah kesempurnaan sosok Rio itu. Rio juga seorang kapten basket dan wakil ketua OSIS. Selanjutnya Alvin Jonathan si judes dan pendiam namun sangat perhatian pada orang-orang yang ia sayangi, Alvin sering dijulukin pangeran diam-diam menghanyutkan, dengan mata sipitnya dan wajah oriental yang kebanyakan kaum hawa disekolahnya menyebutkan bahwa Alvin mirip actor korea yang berperan sebagai joon-ha di serial drama korea yuhee the witch. Alvin juga ketua eskul pfotografi disekolahnya, dan seorang anggota OSIS juga basket. Ada juga si Gabriel Stevent yang terkenal dengan senyuman miring yang memikat para kaum hawa yang melihatnya, wajahnya yang amat tampan dan sikapnya yang sangat sangat ramah membuat pemuda satu ini banyak dikagumi oleh siapapun yang dekat dengannya. Iel –panggilan akrab Gabriel-  adalah ketua OSIS SMA Darma Buana sekaligus ketua eskul seni, dan juga anggota tim basket. Yang terakhir seorang cowo keren yang yang sangat tampan dan pasti status playboy selalu melekat pada pemuda yang seperti ini, tapi tentu saja tidak pada cowo satu ini, Cakka Kawekas. Cakka tidak menjadi playboy, ia cukup mempunyai satu dambaan hati yang selama 6 tahun selalu setia di dalam hatinya. Cakka bukan anggota OSIS seperti ketiga temannya, ia lebih suka dalam bidang olahraga. Cakka adalah kapten futsal disekolahnya, juga anggota tim basket. Cakka terkenal lebih cepat gaul dengan siapapun, ia akrab dengan siapapun, anaknya juga humoris, cablak juga, biasanya cakka menjadi lawan adu mulut dengan Rio, karena sama-sama cablak.

Ify menatapi satu persatu pemain basket yang tengah berlaga dalam lapangan basket sekolahnya ini, ada 5 orang pemain yang sedang berkutat dengan bola bundar yang mengampul itu, diantara kelima orang itu ada tiga orang yang ify –lumayan- kenal, mereka adalah Alvin, Gabriel, Cakka, dua orang lainnya ify tak tahu, ia tak kenal. Sedikit heran, kenapa yang ada Cuma ketiga orang itu? Seperti ada yang kurang, bukannya biasanya kalo ada mereka bertiga pasti ada lagi satu orang yang paling di puja oleh banyak kaum hawa, tapi ko dia ga ada. Ify mengangkat satu alisnya mencoba berfikir kira-kira siapa yang kurang itu, siapa yang tak ada dalam lapangan itu. Sesaat kemudian ify menepuk jidatnya, artinya ia sudah tau siapa orang itu. “yang ga ada itu kan ka Rio, gue lupa.” Gumamnya sangat pelan, nyaris berbisik pada diri sendiri. Tapi kemudian Ify mengangkat bahu mengacuhkan ketidak adaanya Rio di lapang basket, karena Ify juga ingat tadi Rio berjalan kearah ruang OSIS, yang berlawanan arah dengan kelasnya Rio yang berada dilantai dua sebelah kiri dari lapangan basket.

Kemudian Ify mengalihkan pandangan kesudut lapangan, disana berdiri seorang gadis cantik berkulit putih dan berambut panjang ikal yang dibiarkan terurai melewati bahunya, rambutnya yang menari-nari liar terbawa angin membuat gadis itu nampak sangat begitu cantik di tambah senyumannya yang manis. Gadis itu berdiri memeluk sebuah buku yang agak tebal dengan satu tangannya, sedang tangan lainnya sibuk menyelipkan helaian rambut yang sedikit membuatnya terganggu karena rambutnya menghalangi pandangannya, kebelakang telinga, diiringi gelak tawa renyah yang terukir di wajah cantiknya. Lalu seorang gadis lainnya yang berpenampilan sedikit mirip dengan cowo datang menghampiri gadis itu dan sedikit menepuk pundak gadis cantik itu, hingga membuat gadis cantik itu menoleh kearahnya dan tersenyum padanya.
Entah mengapa Ify tiba-tiba menarik kedua ujung bibirnya membentuk sebuah senyuman sambil terus menatap kearah kedua gadis yang kini tengah berbincang-bincang, yang Ify tak tahu apa yang sedang mereka bicarakan karena jarak mereka terlalu jauh. ify kelihatannya sangat mengagumi gadis cantik bermata bening itu, kalo ia lelaki pasti ia akan langsung jatuh cinta pada gadis itu.

“kakak itu cantik banget” gumam ify polos, lalu memiringkan kepala seakan-akan mengingat-ingat sesuatu, dahinya sedikit berkerut “siapa ya namanya” katanya lagi sambil mengetuk-ngetuk jari telunjuknya pada dagu tirusnya. Sedetik kemudian sayup-sayup Ify mendengar teman seangkatannya melewatinya sedang berbincang dengan temannya yang lain.

“eh enak ya jadi kak Shilla, udah cantik, baik pinter, kaya lagi, perfeck deh pokoknya.” Kata gadis yang pertama.

“iya ya gue envy sama ka Shilla….”

Setelah itu Ify menyeringai dan tersenyum lebar, ia kini mengingat nama kakak kelas yang ia kagumi itu.

“oh iya namanya Shilla, kalo ga salah namanya Ashilla Zahrantiara, namanya cantik kaya orangnya.” Kata ify tersenyum tipis masih terus memandang kearah gadis cantik yang bernama Shilla tadi. Tapi tak begitu lama senyum Ify memudar seiring dengan datangnya seorang pemuda yang tak asing lagi bagi Ify menghampiri Shilla dan menutup mata Shilla dari belakang dengan kedua tangan kokohnya.
Entah mengapa saat melihat adegan itu hati Ify terasa sakit, matanya terasa panas, sepertinya butiran bening itu akan segera meleleh di kedua pelupuk matanya, Ify mengerjap-ngerjapkan matanya, lalu mengusap pelan matanya. Dan menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha menetralisir hatinya saat ini yang tengah bergejolak. Apakah ini adalah rasa cemburu? Oh tidak jangan! Jangan terjadi. Ify memohon dalam hati, lalu ia berlari menuju kelasnya…


***************



Gadis cantik bermata bening ini tengah asik berbincang dengan sahabat dekatnya yang berpenampilan seperti anak laki-laki namun tetap anggun dan masih terlihat sisi keperempuannya (?). Kadang tertawa mendengar celotehan dari sahabatnya itu kadang juga mengerucutkan bibir saat sahabatnya itu mengolokkinya. Tapi dimata seorang cowo gadis yang tengah asik mengobrol dengan sahabatnya itu meskipun memasang tampang sebagaimana rupapun, tetap saja kelihatannya cantik.
Lalu pemuda itu berjalan mengendap-endap layaknya maling yang habis mencuri sesuatu, kerarah gadis itu dari belakang punggung gadis itu, dan mengulurkan kedua tangannya lalu menutup mata gadis itu, hingga sang empunya meronta, dan mencoba menarik telapak tangan yang menutup matanya.

“aduh siapa deh ini, iseng banget” dumelnya masih tetap mencoba menarik telapak tangan itu, namun tetap saja tangan yang menutup matanya terlalu kuat untuk ia buka.
Sedangkan gadis yang berdiri dihadapan Shilla –gadis yang matanya ditutup- hanya terkekeh geli saat pemuda yang menutup mata shilla berkata padanya untuk diam walau hanya dengan gerakan mulut saja, tapi masih bisa di mengerti olehnya.

“aduh ag lo masih di situ kan? Ini siapa deh?” ujar shilla pada sahabatnya yang bernama agni itu.

“tebak dong shill.” Ucap agni sedikit menahan tawa, karena geli melihat ekspresi wajah shilla.

“emm.. tunggu deh.” Ujar shilla sambil meraba-raba tangan yang menutupi matanya itu, mencoba menebak siapa orang yang berani iseng padanya. “aaah Rio ya, ih jangan iseng deh yo, lepasin.” Katanya lagi sedikit mencak-mencak.

“hahahahaha, yah ketauan deh.” Kata Rio seraya melepas tangannya dari mata shilla.

“huu iseng banget sih kamu yo.” Kata shilla mengerucutkan bibirnya, yang kini tengah berhadapan dengan Rio.

“hahaha, sory cinta, aku kan Cuma bercanda, jangan marah ah, tambah cantik ntarnya.” Ujar Rio sedikit menggoda seraya mengusap puncak kepala gadisnya itu.

Shilla memutar bola matanya, “ah ya ya ya, tapi jangan ngulangin lagi ya, gombalanmu basi tau ga.” Katanya seraya menunjuk Rio dengan telunjuknya lalu melipatkan tangan di depan dada.

“weeeeeh gue jadi bat nyamuk nih, gue pergi ya, kalian lanjutin aja pacarannya.” Kata agni yang segikit keki melihat sepasang kekasih ini tengah saling melepas rindu mengacanginya.

“iye sono-sono ganggu aja lo.” Kata Rio sedikit mengusir agni seraya mengibas-ngibaskan tangannya.

“eh yo gue tabok lu ya!.” Ujar agni sedikit kesal sambil mengulun lengan bajunya.

“kalem mamen kalem, kenapa ya si cakka demen banget sama cewe kaya lu ag, ckck.” Kata rio sedikit berdecak, seraya mengangkat tangannya dan mencoba menenangkan agni.

“eh yo gini-gini juga gue cewe, jelas lah cakka demen sama gue, gue kan cewe bukan cowo!”

“eh udah udah kalian ko malah ribut, udah yo jangan ngatain agni lagi, kasian dia, ntar kamu adu bacot lagi sama si cakka.” Kata shilla menengahi perdebatan yang terjadi di antara kekasihnya dan sahabatnya.

“shill bilangin tuh sama cowo lu jaga tuh mulutnya, kalo ngga gue sumpel tuh mulut lo yo.” Kata agni masih dengan nada yang sedikit kesal.

“iye, gue minta maaf deh ag, damai ya peace.” Kata rio lagi dengan cengiran kudanya ditambah dengan satu tangan yang ia angkat dan mengangkat jari telunjuk dan jari tengah membentuk huruf V.
Agni hanya memutar bola matanya lalu melengos dan pergi begitu saja.

“ckck, aneh deh shill temen mu itu.” Rio berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Sedangkan shilla hanya terkekeh geli melihat kekasihnya yang nampaknya ngeri melihat agni sahabatnya.

“ya udah lah yo, kita kekelas aja yu.” Shilla meraih tangan Rio dan menariknya menuju kelas.

“lah shill, kita kan baru juga ngobrol masa mau ke kelas, ntar aku ketemu sama si agni itu lagi.” Kata Rio malas-malasan, tapi shilla tetap menarik tangannya.

“udah lah yo, dikelas juga kita kan bisa ngobrol, kalo masalah agni gampang, agni kan udah dijaga sama cakka nanti.” Kata shilla santai.

Rio hanya menuruti kemauan kekasihnya itu, terpaksa ia berjalan dengat tidak semangat menuju kelasnya.

Sedangkan disudut lain seorang pemuda jangkung berdiri tegak, tersenyum masam penatapi punggung kedua sejoli yang kini semakin jauh melangkah. Ia memejamkan matanya, lalu menghela nafas berat sambil membuka kembali matanya. Lalu kembali menyunggingkan senyum yang sekarang lebih getir dari senyumannya yang tadi.

“gue harap lo bahagia sama Rio, shill.” Katanya.

“mungkin gue bego ngerelain orang yang gue cintai demi bahagia dengan orang lain yang dia cintai, tapi itu udah cukup buat gue, ngeliat lo senyum aja gue udah seneng shill.” Lanjutnya berbicara sendiri, lalu menarik salah satu ujung bibirnya membentuk seulas senyuman sinis. Kemudian dia berbalik dan melangkah meninggalkan tempat itu..

0 comments:

Posting Komentar

 

secuil karya avinda Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea