Selasa, 07 Juni 2011

Love Story ~part4~

Posted by Avinda deviana devah at Selasa, Juni 07, 2011
Sepanjang perjalanan ify hanya menatap kearah jendela, dengan satu tangan menopang dagunya. Ia menghela nafas berat, bosan juga terus memandangi jajaran jajaran pohon yang menjulang tinggi ke atas, karena memang tak ada hal yang aneh lagi selain pohon pohon itu. Sekarang ify menengadahkan kepalanya keatas menatapi langit langit mobil inova milik keluarga Rio, dan menghela nafas sekali lagi, lalu mengalihkan pandangannya ke langit cerah yang berwarna biru laut itu dan tersenyum tipis.
Sedangkan pemuda di samping ify duduk bersandar pada jok mobil dengan tangan di lipat di depan dada dan mata yang terpejam, masih dengan earphone yang menguntai di telinganya sejak –berada dirumah ify- tadi.
Suasana dimobil saat ini memang sunyi, hanya terdengar suara desauan AC mobil dan helaan nafas para penumpang mobil (?). dan tentu saja ini semakin membuat ify bosan, tak ada musik yang melantun dari CD mobil ini, tak ada satu suara pun yang mengajak ify berbicara. Ia lagi-lagi menghela nafas, kali ini sangat panjang. Ify menoleh kearah pemuda yang duduk di sampingnya. Ia memandangi pemuda itu dalam-dalam, mencermati tiap lekukan lekukan wajah tampan pemuda itu, seulas senyuman tipis terukir di wajah cantik ify. Ia menyadari betul bahwa pemuda yang kini tengah terpejam dihadapannya itu sangat tampan, sangat sempurna. Tentunya pemuda yang kini tengah ia perhatikan tidak menyadari itu. Beberapa detik kemudian ify menggeleng-gelengkan kepalanya mencoba menyadarkan diri dan menghilangkan beberapa fikiran yang melayang di fikirannya. Kemudian dia memutar bola matanya lalu melengos seakan bersikap tak peduli dan menganggap tak pernah terjadi apa-apa.
Ify merasa bosan yang melandanya kini semakin menjalar, ia –lagi-lagi- menghela nafas berat. Lalu ia putuskan untuk memainkan jari-jarinya dan menghentak-hentakkan kakinya pelan berharap sedikit mengurangi rasa bosannya, walau hasilnya nihil, justru malah menambah kegaringan saat itu. Ify menghentikkan aktivitasnya –memainkan tangan dan hentakkan kakinya-, sedikit menggeliatkan tubuhnya yang terasa pegal, sudah satu jam lebih ify duduk dalam keadaan seperti ini. Lalu ify diam sejenak, sayup sayup ia mendengar suara musik yang keluar dari earphone yang menguntai di telinga Rio. Lagu yang tak asing lagi di telinga Ify, lagu yang sering di bawakan oleh salah satu band ternama di Indonesia, D’massive. Lagu itu berjudul Rindu setengah mati.

Aku  ingin  engkau  ada  disini
menemaniku  saat  sepi
menemaniku  saat  gundah



berat  hidup  ini  tanpa  dirimu
ku  hanya  mencintai  kamu
ku  hanya  memiliki  kamu



ify mencermati lirik-lirik lagu itu, lalu memiringkan kepalanya dan memasang tampang yang seperti sedang berfikir.

aku  rindu  setengah  mati  kepadamu
sungguh  ku  ingin  kau  tahu
aku  rindu  setengah mati



ify terkekeh saat mendengar reff lagu rindu setengah mati itu, oh rupanya dia lagi rindu sama seseorang. Pikirnya sok tau, lalu kembali membenahi posisi duduknya seperti semula.

meski  tlah  lama  kita  tak  bertemu
ku  slalu  memimpikan  kamu
ku  tak  bisa  hidup  tanpamu



aku  rindu  setengah  mati kepadamu
sungguh  ku  ingin  kau  tahu
aku  rindu  setengah  mati.



Hingga akhirnya lagu itu selesai, dan ify tak memperdulikan lagu selanjutnya yang terputar, ia memilih untuk mengikuti Rio, untuk mendengarkan musik. Ia merogoh ipod dari sakunya dan mengeluarkan earphone dari dalam tasnya, dan mulai mendengarkan musik, lalu memejamkan mata, ia memilih untuk tidur saja.

Setelah beberapa lama tenggelam dalam kesunyian wanita dan pria yang duduk di kursi depan –si pria di kursi pengemudi, si wanita di kursi sebelahnya- akhirnya si pria angkat suara, memecahkan keheningan yang tercipta.

“mah coba liat Rio sama Ify deh, ko kayanya mereka diem dieman aja” ujar sang pria kepada wanita di sebelahnya yang tak lain adalah istrinya dengan suara yang pelan, namun masih cukup terdengar oleh wanita di sebelahnya itu, dan pandangan masih focus pada jalan.

Sang wanita kemudian mengangguk, dan menoleh kebelakang, dilihatnya kedua anak remaja yang tengah terlelap dalam posisi yang sama dan -sama-sama- memakai earphone. Kemudian ia tersenyum.

“mereka tidur pah” ucapnya.

Si pria lalu melihat pada kaca mobil diatasnya, terlihat disana memang kedua anak itu –Rio-Ify- tengah terlelap. Ia pun ikut menoleh kebelakang, dan tersenyum penuh arti.

“mereka cocok ya mah.” Ujarnya si wanita hanya mengangguk.

“semoga rencana kita berhasil.” Ucapnya lagi, lagi lagi si wanita hanya mengangguk. Akhirnya mereka berdua kembali menghadap depan dengan senyum penuh arti terlukis di masing-masing wajah mereka.

Ify mengerjap-ngerjapkan matanya perlahan, namun tak sepenuhnya membuka mata. Ify dengan jelas mendengar percakapan kedua orang itu tentang dirinya dan pemuda yang terlelap di sampingnya. Biarpun mata ify tertutup dan telingannya memakai earphone tetap saja percakapan itu terdengar, karena ify memutar lagunya dengan volume yang kecil. Ify mendesah pelan, masih tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan. Ify dan Rio cocok? Lalu rencana apa yang mereka rencanakan? Hanya itu yang membayangi benaknya. Sesaat kemudian ify kembali memejamkan matanya, dan mencoba mengabaikan bebagai fikiran yang jatuh dalam otakknya kali ini, walau dalam hatinya ify tersenyum…

Begitupun dengan pemuda di samping ify ini. Ia pun juga mendengarkan dengan jelas apa yang kedua orang tuanya bicarakan. Karena dengan kebetulan Rio tadi terbangun dalam tidurnya, hanya saja tidak membuka mata, dan musiknya berhenti. Rio tetap diam, deru nafasnya mulai memanas, rahangnya mengeras, kedua tangannya mengepal, menahan emosi. ‘Enggak! Enggak! Kalo yang mereka rencanain itu adalah ‘itu’ gue harap itu ga terjadi!’ batin Rio


*************************************************

Setelah beberapa jam yang lalu keluarga Rio –termasuk Ify- sampai di rumah mewah keluarga Haling, mereka disibukkan dengan kesibukan masing-masing. Seperti, Adit di sibukkan dengan tugas kantor yang –selama liburan- ia tinggalkan, sementara Maria mengoceh sambil mengomeli pembantu-pembantunya yang tak –becus- merawat tanaman-tanamah kesayangannya hingga banyak yang layu dan mati. Sedangkan si Tuan muda Mario Stevano berada di dalam kamarnya dan merebahkan diri di kasurnya, masih berkutat dengan ipod dan earphone yang masih menguntai di telinganya, lalu kembali terpejam, artinya tertidur lagi. Dan terakhir, penghuni baru rumah ini, Ify. Ify masih disibukkan sendiri dengan memberes-bereskan barang-barangnya di kamar barunya ini. Ia sudah memasukkan baju-bajunya kedalam lemari –baru- nya, membereskan barang-barang bawaannya yang lain seperti sepatu-sepatu dan sandal-sandal kesayangannya, topi, buku-buku favoritnya, barang-barang keperluan pribadinya, tak lupa boneka stich dan jam weker yang sama –berbentuk stich-  ia bawa dan di pajang di atas meja dekat kasurnya. Setelah selesai beres-beres, ifu duduk di tepi ranjangnya. Ia melihat ke setiap sudut ruangan itu.

“lumayan juga ni kamer baru” gumamnya “persis sama kamer gue yang dirumah” lanjutnya. Kemudian ify merebahkan dirinya di kasur, merentangkan tangannya yang terasa sedikit pegal, berguling guling ke kanan dan kekiri, lalu tengkurap. Ify teringat pada ponselnya, lalu ia segera mengambil ponselnya yang ada di tas kecil yang tergeletak pasrah di kasurnya.

Ada dua pesan yang masuk, lalu ify membuka pesan pertama, yang ternyata dari mamanya.

From: my mother J

Ify, gimana udah nyampe sayang?

Ify tersenyum membaca pesan dari mamanya itu, lalu segera mengetik balasan untuk mamanya.

To: my mother J

Maap baru ify bales ma, ify udah nyampe dari tadi J

Setelah itu ify membuka pesan kedua yang datangnya dari sahabatnya, dea.

From: deacris ^^

Fy, lo udah nyampe belon? Gimana malaikat gue selamet kan? Ga lo apa apain kan?

Ify mendengus saat membaca pesan kedua yang dating dari sahabatnya itu “ni anak bukannya nanyain gue malah nanyain orang lain” gumamnya, lalu mengetik balasan pada dea.

To: deacris ^^

Udah dari tadi, neng! Malaikat lo udah gue tendang tadi di jalan… hahahaha ngga JK, dia selamet ko, gue sebel sama lo de, bukannya nanyain gue malah nanyain orang itu-_-

Sambil menunggu balasan, ify kembali meletakkan ponselnya di atas kasur, dan membalikkan badan dari tengkurap menjadi terlentang. Tak beberapa lama ponsel ify kembali bergetar, ify pun segera mengambil ponselnya dan membaca pesan yang barusan masuk.

From: deacris ^^

Bagus deh kalo dia ga kenapa-napa ^^, buahahahaha JK fy, lo juga ga kenapa-napa kan? Pasti dong, ka nada malaikat gue, hehehe -__-v

Ify mencibir setelah membaca pesan dari sahabatnya itu. Dan tidak membalasnya lagi, karena ia sudah merasa capek, akhirnya dia memutuskan untuk tidur sejenak.


---------------------------------------------------------------------------------------------

Tok tok tok…
Suara ketukkan pintu itu membangunkan ify dari tidurnya. Ia menggeliat, lalu mengucek ngucek matanya, dan menoleh pada jam weker berbentuk stich di atas mejanya. Mata ify membulat seketika melihat jarum pendek berada di tengah-tengah angka 6 dan 7. “ebuseeeeet gue tidur lama bener” ujarnya “dari jam 3 sore, kaya kebo aja, ckck” lanjutnya. Lalu segera beranjak dari tempat tidur untuk membuka pintu, karena terdengar ketukkan lagi.

Klek! Ify membuka pintunya, seseorang yang berada di hadapannya tersenyum padanya. Ify hanya memamerkan cengiran kudanya.

“baru bangun ya fy? Maap ya tante ganggu kamu, kamu pasti capek kan?” ujar maria.

Ify menggeleng dan tersenyum “ngga ko tan, ga papa, lagian ify udah ga capek, hehe.” Kata ify.

“hmm ya sudah, ayo makan malam, kamu udah mandi belum?”

“hehe, belum tan tadi ketiduran soalnya.”

“ya udah, mandi dulu sana, nanti turun makan ya fy.”

Ify tak menjawab, ia hanya mengangguk, dan maria pun berlalu. Ify kembali menutup pintu kamarnya dan bergegas untuk mandi.

Setelah 15 menit menghabiskan waktu untuk mandi, ify segera turun menuju ruang makan. Dengan cepat ify menuruni undakkan demi undakkan tangga, karena tak mau membuat keluarga –barunya- ini menunggu terlalu lama.

Diruang makan keluarga –barunya- itu sudah berkumpul dan duduk di tempat masing-masing. Ify segera menghampiri mereka, dan menyapanya.

“malem om, tente…ka..rio” katanya dan tersenyum manis pada mereka.

“malem fy” jawab adit dan maria.

Sedangkan Rio hanya diam, dan menoleh pada ify tanpa ekspresi, kemudian mengangguk tanpa semangat, dan kembali melengos. Ify mengerucutkan bibir, hanya itukah responnya? Tak ada jawaban, tak ada senyuman, yang ada hanya tatapan tanpa ekspresi dan tidak semangat. Sepertinya Rio tak senang ify berada disini. Tapi kemudian ify memutar bola matanya dan mengangkat kedua bahunya. Mungkin dia belum terbiasa ada gue, pikirnya. Tapi hatinya tetap mencibir. Ify berjalan menuju meja makan, dan duduk tepat di samping Rio –yang sebelumnya maria manunjuk tempat duduk Ify-. Mereka semua makan bersama dengan tertib (?)
“ayo fy makan yang banyak, jangan sungkan-sungkan ya anggap rumah kamu sendiri, dan anggap kami orang tua kamu.” Ucap maria sembari tersenyum.

“iya tante.” Kata ify mengangguk, tak lupa dengan senyuman yang manis yang ify punya.

“oya fy, besok kamu mulai sekolah, om udah ngurusin semuanya. Kamu sekolah ditempat Rio.” Ujar adit.

“makasih om buat semuanya” ujar ify “memangnya sekolah ka rio, em maksudnya sekolah ify dimana?” lanjutnya seraya melirik Rio. Rio masih asik menyantap makanannya, tapi kemudian tersadar karena ada yang meliriknya. Rio kembali menatap ify sambil terus mengunyah makanannya. Setelah makanannya ditelan Rio bergumam “ngapain lo lirik lirik, gue cakep? Udah dari lahir kali” dengan PDnya. Kemudian kembali melengos dan menyantap makanannya.

“idiiiiiiiih” cibirnya, kemudian bergidik. ‘pede banget ni orang’ tambahnya dalam hati.

“haha, sudah sudah” kata adit yang –kebetulan- melihat kejadian tadi “iya sama-sama fy, kamu sekolah di SMA Darma Buana.” Lanjutnya.

Ify yang kebetulan sedang mengunyah makannya tersedak seketika mendengar nama sekolah yang di sebutkan. “uhuk uhuk.” Ify langsung meminum minumannya di Bantu oleh maria, kemudian mengusap-usap dadanya.

“makanya kalo makan ati ati dong.” Cibir Rio.

Rio, kamu itu.” Maria membentak rio pelan “sabar sayang, nih minum lagi.” Lanjutnya, seraya mengelus punggung ify dan menyodorkan segelas air putih padanya.

Bagaimana tak kaget, SMA Darma Buana itu SMA paling elite di Jakarta paling terfavoriet, banyak yang minat bersekolah disana, tetapi sayangnya banyak yang tidak di terima, dikarenakan kurang memenuhi syarat dan ketentuan. Bukan hanya teori yang dibutuhkan di sekolah ini tetapi materi juga sangat penting bagi sekolah ini, tak heran siswa siswi yang bersekolah disini kebanyakan dari kalangan orang orang mapan. Ada juga yang mendapat beasiswa.
Sekolah ini mengajarkan untuk saling menghormati seksama, entah orang itu dari kalangan kaya atau miskin, berbeda keyakinan, dan lain-lain, makanya antar siswa siswi di sini menjalin hubungan baik.

Sekolah ini tidak hanya terkenal di Indonesia, tetapi terkenal juga di luar negri, seperti singapura, Malaysia, London, dan lain-lain. Ya karena sering diadakan pertukaran pelajar dengan Negara-negara itu. Bukan hanya pertukaran pelajar, tetapi siswa siswai SMA ini sering pulang pergi olimpiade di Negara itu, dan tentu saja mereka pulang dengan hasil yang memuaskan, tak jarang mereka pulang dengan membawa hasil perjuangan mereka, mereka selalu menjadi jawara di olimpiade-olimpiade itu.

Ify sudah mulai merasa tenang. Dia kembali memakan makanannya. Tapi ify masih tak percaya. “om ify beneran sekolah di situ?” tanyanya.

“iya fy, nanti besok hari pertama kamu sekolah, dan om yang akan ngenter kalian kesekolah.” Ucap adit menatap putra semata wayangnya, Rio, dan anak sahabat terdekatnya, Ify. Seraya tersenyum pada keduanya.

“tapi pah, Rio bisa bawa mobil sendiri ko.” Sergah Rio.

“ngga Rio, kamu besok berangkat sama papa, sama ify.” Ujar adit, “dan.. ngga ada tapi-tapian lagi.” Lanjutnya tegas, tapi pelan sebelum Rio protes lagi. Rio mendengus, kemudian berdecak pelan.

Ify yang sedari tadi melihat perdebatan kecil antara adit dan rio hanya diam, kemudian mengangguk saja.

0 comments:

Posting Komentar

 

secuil karya avinda Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea