Selasa, 17 Mei 2011

Rindukan sahabat yang tak tergantikan – (cerpen)

Posted by Avinda deviana devah at Selasa, Mei 17, 2011
Bunyi jam weker yang berisik itu membangunkan ku dari mimpi indah ku. “grrr.. jam weker sialan, ganggu aja sih,” omel ku sambil mencari dimana jam weker itu berada. Akhirnya ku menemukanmu jam! Langsung ku matikan jam itu. “euh.. emang jam berapa sih?” kataku sambil mengucek-ngucek mataku yang masih buram karena masih ngantuk. “oh ternyata masih jam 5 pagi juga, udah rebut lo jam!” dumelku saking kesalnya. “tidur lagi ahh…” aku pun memutuskan untuk tidur stengah jam lagi. Tapi kemudian ponsel ku berdering tanda panggilan masuk.

Ku hirup udara..
Dan rasakan hangatnya mentari
Oh indahnya hari ini
Menjalani hidup yang pasti.

“ya ampuuuuuun.. pagi-pagi gini ada yang nelpon, buseeeet dah ni orang matanya rabun kali ya, sekarang masih pagi juga.” Kata ku jengkel. Kemudian aku mengangkat telpon itu tanpa ku lihat layer ponselku, otomatis aku gak tau yang nelpon itu siapa. “ya, halo.. ini siapa? Pagi-pagi udah ganggu, wey! Gue masih ngantuk tau!” omel ku.
“yaelah yo, baru bangun lo? Aduhh.. sumpeh, malu-maluin banget lo yo! Hahaha,” kata orang yang di seberang sana.

*pause*
Mau ngenalin diri dulu deh! My name’s : Mario stevano aditya haling, biasa di panggil Rio, pinter, cakep *pasti*, baik, jago basket, ketua OSIS (padahal bentar lagi mau turun pangkat,akakak), idola cewek, jago nyanyi, jago maen gitar, etc deh pokonya, perkenalannya udah deh, tar bakatku terbongkar semua *narsis gile* hahaha :p.
*start*

‘eh.. gue kenal ni suara’ batinku, lansung ku lihat layer ponselku yang tertulis namanya Alvin JONAT. Eileh si jonat.
“eh.. elo nat.. sorry, tadi gue kasar, sumpeh gak tau kalo lo yang nelpon,hehe” kata ku pada yang di seberang sana, tak lain adalah sahabatku Alvin, Alvin jonathan sindunata.
“ah elo.. kebiasaan, mandi sana cepet,tar gue nebeng lo ya!”
“idih.. ogah! Gue mau nganterin acha :p” kataku, acha adalah adik perempuanku yang masih kelas 6 SD. Aku juga mempunyai kakak laki-laki, namanya Gabriel dia udah kelas XI SMA, kakak super duper rese, pelit, jail huaaaaah.. nyebelin pokoke!
“ah, elo gimana sih, sahabat macem apa lo.” Katnya dengus.
“elah, dasar lo nat, oke deh, tar gue jemput lo, udah dulu ya, gue mau mandi dulu. Bubey donat, eh jonat. Hahaha”
“sialan, oke deh marimas, haha” ledeknya.
“ah sialan lo.” Tetapi telpon itu sudah terputus, tut-tut-tut naik kereta api (?).

Aku dan Alvin adalah sahabat dari kecil, Alvin adalah sahabatku yang paling aku sayang, aku udah anggep Alvin kaya sodaraku sendiri, rumah Alvin pun terletak tak jauh dari rumahku, kami masih satu kompleks. Sekarang kami duduk di kelas IX SMP, kami sekolah di SMP Mengejar Mimpi.



@rumah Alvin
Aku langsung membunyikan klaksonku yang berbunyi ‘nit-nit’ (?) *apadah*, tetapi tak ada tanda-tanda ada yang keluar dari rumah atau pun membukakan pintu. Aku memutuskan untuk turun dari motor kesayanganku dan menghampiri rumah sahabatku, Alvin.

“permisi,” kataku sambil ku pencet tombol bel rumahnya Alvin.
“Alvin-alvin,” panggilku.
“ah sialan, jangan-jangan ni anak boongin gue lagi.”
Tapi tak lama kemudian ada wanita paruh baya membukakan pintu.
“eh, ada den rio, maap ya den lama bukain pintunya,” kata wanita itu yang tak lain adalah pembantunya Alvin.
“oh iya bi gak papa kok, o’ya alvinnya ada bi?” kata ku dengan sopan, sesopan-sopannya dan tersenyum manis, kali aja si bibi kelepek-kelepek liat senyum ku,kan cewek-cewek di sekolah pada gitu kalo liat senyum ku,hahahaha

“emm den Alvin baru aja berangkat den,” katanya sedih sambil menundukan kepala.
Eh kok si bibi malah sedih sih di kasih senyum sama gue u,u tega nih,hehe. Bener kan tuh anak udah berangkat, huh sialan!

“yah gimana sih Alvin, katanya mau berangkat bareng saya, kok malah udah berangkat sih bi?” kataku.
“emm.. den.. den Alvin itu ke rumah sakit.”
Aku langsung kaget. “hahhhhh.. kerumah sakit? Siapa yang sakit? Alvin sakit? Penyakitnya kambuh lagi?” tanyaku berturut-turut.
Alvin menderita penyakit kanker otak stadium akhir. Aku sering takut, takut kehilangan sosok sahabat yang begitu aku sayang, yang berati banyak bagiku. Aku kadang kecewa sama tuhan, kenpa tuhan menciptakan Alvin untuk menderita penyakit itu? Itu tak adil!, aku sering mengeluh di hadapan Alvin, tetapi justru Alvin bersyukur menderita penyakit itu, karena baginya itu adalah anugrah dari tuhan, dan itu bukti bahwa tuhan masih sayang dia, tapi tetap saja itu tak adil bagi ku.

“iya den, den Alvin penyakitnya kambuh lagi, sewaktu den Alvin menunggu den rio di luar,tiba-tiba…..” sebelum bibi menyelesaikan bicaranya, aku langsung potong “oh, makasih bi, saya mau ke rumah sakit dulu”, aku langsung menuju motorku, langsung ku nyalakan motor ku dan ku tancap gas ku kencang-kencang, ku melaju dengan kecepatan tinggi, tanpa berpikir apa nanti yg akan terjadi, tetapi yang ada di pikiranku hanya satu, Alvin, hanya Alvin yang sedang ku pikirkan. Aku menuju Rumah Sakit Bundaku, rumah sakit itu sudah tak asing lagi bagi ku, aku pun sudah hapal dengan rute-rute rumah sakit itu, dengan suster-susternya, dokter-dokternya bahkan orang yang sakit di rumah sakit itu pun sudah apal pada ku. Ya secara setiap Alvin sakit pasti dirawat di rumah sakit ini.
Sekarang aku menuju ke ruangan Alvin yang berada di kelas alvnszta nomer 20.
Aku pun memang sudah hapal ruangan tempat Alvin di rawat.

terlihat ada ayahnya Alvin dan seorang cewek, tak lain adalah kakaknya Alvin, namanya sivia, sedang duduk pasrah di kursi depan ruang rawat Alvin.
“om, kak via.” Sapa ku pada mereka.
“eh rio, kamu kok ke sini gak sekolah kamu?” kata om dave ayahnya Alvin lesu.
“tadi sewaktu saya kerumah, bibi bilang alvin masuk rumah sakit, jadi saya langsung ke sini. Biar om, nanti biar saya izin ke temen.” Jawab ku
Om dave tak membalas, kemudian dokter keluar dari ruang rawat alvin.
“pak dave, bisa bicara di ruangan saya?” kata dokter oni.
“baik, dok,” kata om dave.
Om dave dan dokter oni berlalu menuju ruanagannya.

Aku pun duduk di samping kak via.
“yo, kamu gak sekolah?” tanyanya. Kak via sangat pucat hidungnya merah, matanya sembab karena menangis.
“gak papa kak, rio mau di sini, tungguin alvin, nanti rio bisa izin ke temen.”
“tapi yo,nanti kamu bisa ketinggalan pelajaran!,udah mending kamu sekolah aja, disini ada kakak kok yang nungguin.”
“gak kok kak, rio gak mau kalo alvin sadar terus dia gak liat sahabatnya disisinya.”
“makasih yah rio, kamu memang sahabat yang baik.” Katanya sambil menitikan butiran kristal.
“iya kak, sama-sama, kok kakak malah nangis sih?” kataku polos.
“gak papa kok yo, kakak Cuma terharu aja, liat kesetiaan mu terhadap alvin.”
“ah kakak bisa aja,hehe,” kataku nyengir, kak via pun ikut tersenyum.
Kemudian aku mengambil ponselku dan mengetik hurup per hurup, aku mengirim kan sms itu ke cakka teman sekelasku. Yang isinya :
To cakka :

Cak gue izin ya, alvin masuk rumah sakit, jadi gue temenin dia.
Ok bro!

To rio :
Hah ? alvin masuk RS?.
Oke deh bro, di sini gue Bantu do’a ya bro.

To cakka :
Oke bro, thanks ya.

To rio :
Sip.


Tak lama kemudian om dave kembali dari ruanagan dokter.
“pah,apa yang dokter bilang tadi, bagaimana keadaan alvin, pah?” kata kak via khawatir.
“iya om, gimana keadaan alvin?”kataku tak kalah cemas.
Untuk beberapa detik om dave terdiam. Tetapi akhirnya dia angkat bicara.
“keadaan alvin memburuk!” kata om dave duduk letih menutupi wajahnya yang menagis.
“apa pah? Memburuk?” kata kak via, kembali dia menitikan butiran kristal itu.
“memburuk, om?” kataku letih,lunglai, rasanya ingin menagis hatiku pedih mendengar keadaan sahabatku semakin memburuk.
“iya, alvin mungkin hanya bisa bertahan satu minggu lagi,bahkan mungkin beberapa hari lagi nyawanya pergi.”lanjut om dave.
Kak via menagis terisak,dia sangat terpukul mendengar kata-kata itu, aku mengerti perasaannya, dia pasti sangat sedih, orang yang dia sayangi akan meninggalkannya, setelah ibunya alvin meninggal dan sekarang alvin pun di ponis meniggal dalam waktu dekat.
Aku merasa hati ku pedih,aku pun ikut menagis karena aku tak bisa menahannya lagi. ‘tuhan tolong sembuhkan alvin, tolong beri kekuatan padanya untuk bertahan hidup,aku masih ingin bercanda dengannya, aku ingin tertawa bersama dengannya’ aku berdo’a dalam hati.


***
Esoknya alvin siuman..
Orang yang pertama dia lihat adalah aku, akhirnya keinginanku terpenuhi,alvin siuman dan orang yang pertama dia liat adalah aku.
Segera ku panggil om dave dan kak via. “om, kak, alvin sadar.” Lalu mereka datang.
Alvin tersenyum, kami membalas senyumannya.
“syukurlah kamu sudah sadar nak,”kata om dave
“iya pah.” Kata alvin yang masih lemas.
“kak, rio.” Kata nya menyapa aku dan kak via. Kak via tak bisa menahan, dia terlihat ingin menangis. “aku panggil dokter dulu ya,”katanya, aku tau, kak via pasti bakal nagis di luar ruangan. “papa juga mau Tanya dulu ke dokter ya nak, yo titip alvin dulu ya!” “sip om.” Kemudian om dave menyusul kak via.

“gue pingsan dari kemaren ya?”
Aku hanya mengangguk, tak bisa berkata-kata, alvin tertawa kecil di balik kelemasannya.
“yo, sorry ya!”
“hah? sorry? Sorry apa vin?” kata ku heran.
“kemaren gue gak jadi nebeng lo, lo pasti kerumah gue kan.”
“udah lah pin gak papa kok.”
“yo, gue minta maap ya kalo gue punya banyak salah ama lo, gue tau salah gue mungkin udah segunung ama lo, gara-gara gue jail.”
“ah biasa aja kok vin.” Aku hanya bisa menjawab dengan singkat.
“udah vin, lo mending istirahat aja.” tambah ku lembut.
“gak, gue pengen hirup udara sepuasnya sebelum gue istirahat selamannya, gue pengen nemenin papa, nemenin kak via, canda bareng sama lo, ketawa-ketawa sama lo, okok yo,”
“vin, lo gak boleh kaya gitu, lo pasti bakal nemenin om dave sama kak via selamanya kok, lo juga pasti bakal canda bareng gue, ketawa-ketawa lagi bareng gue, ya!” kata ku lirih.
“yo, udah deh, lo harus bisa nerima kenyataan ini!”
“tapi vin, lo harus optimis!”
“rio.rio udah lah, lagian aku tuh udah kangen sama mama, aku pengen ketemu mama yo!”
“vin lo jangan gini.”
“udah ah yo, ganti topick aja ya, lo gak sekolah yo?”
“gak.”
“kenapa? Eh lo marah ya mari? Haha.”
‘ni anak masih aja bisa bercanda’ batin ku yang semakin sakit.
“gue udah izin kok!, gak gue gak marah!”
“tapi mulut lo tuh manyunnya lima senti, jelek tau ri.haha”
“sialan lo nat!” kita pun tertawa bersama, aku gak mau kehilangan saat-saat seperti ini.

Om dave dan kak sivia memperhatikan kami sejak tadi, kak sivia menangis tanpa suara, om dave juga menitikan air matanya.
Ternyata alvin menyadarinya.
“pah, kak, kok kalian menagis?”
Om dave langsung menghapus air matanya, begitu pun dengan kak via.
“nggak sayang, papa Cuma terharu aja kok.”
“iya vin kakak juga terharu ngeliat kalian  akrab banget.”
“oh.hehe,emm pah, inget ya, jagain kak via, papa jangan nikah lagi ya,hehe.”
“ya sayang papa bakal jagain kakak kamu, papa juga gak bakal nikah lagi.”
“sip deh, kakak juga jagain papa ya, biar gak nikah lagi. Hehe”
“iya vin, pasti.” Katanya terisak
“lah kok kakak nagis, jangan dong!, sini alvin hapus.” Alvin menghapus air mata kak via, keliatan hati hak via pasti sangat sakit, dia pasti tak sanggup di tinggalkan alvin.

Tak lama kemudian ponsel ku bergetar drrrdrrrdrrrdrdrdr, tanda SMS masuk.

From cakka :

Bro gue sama ozy enn deva ke sana ya, mau jenguk alvin.

From rio :

Oke bro gue tunggu ya, alvinnya juga udah siuman nih!

From cakka :

Sip.


Lalu 10 menit kemudian cakka cs dateng. Suasana udah mulai agak tenang.
“permisi”, kata cakka cs masuk ke ruang rawat alvin.
“eh silahkan-silahkan masuk” sambut om dave.
“wah kalian,,kenapa ke sini, padahal gak papa kali.”kata alvin
“ah gak papa kali vin, kita kan pengen jenguk lo.” Kta cakka.
“ya udah om keluar dulu ya, mau menghirup udara segar dulu.”
“ya om,” jawab kami serempak.
Sekarang yang ada di ruangan itu tinggal kami berlima, om dave keluar dan kak via pulang.

“gimana keadaan lo sob?” Tanya ozy
“udah lumayan mendingan sob”
“syukur deh kalo gitu,”
Sementara alvin asyik mengobrol dg ozy dan deva, cakka mengajakku bicara.
“bro kasian ya alvin, rambutnya udah mekin tipis, dia makin kurus ya.” Kata cakka sedih.
“ya bro, gak sanggup gue ngeliat dia kaya gini.”
“lo yang sabar ya bro!”
“thanks cakk.”

Setelah itu cakka cs pulang, karena hari telah menunjukan malam.

Suasana menjadi hening, karena di kamar hanya ada aku dan alvin.
“yo, lo gak pulang?”
“kenapa?, lo risi karena gue ada di sini?”
“bukanya gitu yo,nanti bonyok lo cemas,”
“gak, tenang aja, gue udah bilang sama bonyok ko, lagian mereka lagi di luar kota.”
“beneran yo?”
“iya nat!”
“eh sialan lo,, emmm… kue kurusan ya, kaya ranting, hahaha, rambut gue juga rontok,” katanya memengang kepalanya yang sudah hamper tak berambut,
“eh kupluk gue mana?” lanjutnya.
“lagi di cuci sama kak via.” Jawab ku singkat.

Esoknya.

Ketika kami bertiga sedang sarapan, dan alvin pun ikut sarapan.tiba-tiba alvin memulai pembicaraan.

“hmm, tadi di mimpi aku ketemu mama, mama ngajak aku buat ikut sama dia, tapi aku bilang aku mau pamitan dulu sama papa, kak via dan Rio.”
Otomatis kami bertiga menoleh padanya, om dave sempat keselek pas alvin ngomong tadi.
“apa maksud kamu vin,” Tanya kak via
“apa?,tadi mama ngajak gue kak,”
“jangan asal ngomong lo!” nada bicara kak via mulai tinggi
“apa sih, kenapa lo marah kak?”
“udah vi,” kata om dave menenangkan anak gadisnya itu.
“tapi pah.” Kata kak via sedih kemudian om dave menggelangkan kepalanya.
“emang kamu mimpinya gimana vin?” Tanya om dave
“gitu pah, mama ngajak aku pergi,, tapi aku mau minta izin dulu sama papa, kakak, sama rio, boleh kan?, boleh ya, aku kan kangen mama pah!”
Kami bertiga hanya diam. ‘apa ini saatnya?, tuhan apa pun yang kau berikan, hamba akan menerimanya’ batin om dave
“gimana pah?” tanyanya lagi.
“gak boleh!, lo harus disini sama kami!, lo jangan ikut mama!, lo kenapa sih vin kaya anak kecil gitu?” kak via mulai emosi, dia mulai takut, takut apa yang di katakana alvin itu nyata.
“kak, napa sih lo marah-marah, apa salah gue ikut sama mama?” alvin tak kalah emosi.
Sivia hanya bisa diam.
“eh kalian kok malah rebut, udah diam!” kata om dave yang emosinya mulai naik.
“papa terserah kamu aja!” lanjut om dave kemudian ia keluar.
“elo sih vin!” kata kak via mengejar papanya.
“yo, mereka kenapa sih? Apa gue salah?”
“lo keterlaluan vin!”
“keterlaluan?” kata alvin heran
“iya, lo gak mikirin hati kita di sini, disini kita gak mau lo pergi.”
“ya ampun yo, lagian gue gak bakal pergi sepenuhnya kok, gue bakal ada di hati kalian!”
“tapi vin!” kata ku sedih.
“udah lah yo, emm yo, sebelum gue pergi knyanyi yu!, nyanyi lagu kita!”
“oke” aku hanya bisa menuruti kemauannya.
Tiba-tiba om dave dan kak via dateng.
“kalian jangan nyanyi tanpa kami.”kata kak via tersenyum
Dan kami pun memulai menynikan lagunya.

Mari raih impian
Bersama kawan semua
Pasti ada harapan
Ayo raih bersama

Pastikan kitakan bisa
Meraih semua itu
Bersama selalu..

Hei ayo kita
Nyanyikan lah nada yang indah di lagumu
Ceria bernyanyi
Janganlah kau bersedih
KAMU DAN AKU BISA….

Seiring dengan lagu itu selesai aku dan alvin nyayikan, alvin berkata “thanks semua,aku senag,aku bahagia, aku sayang kalian.” Dan alvinpun perlahan menutup matanya dan tertidur pulas di tempat tidurnya untuk selamanya.
“alvvviiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin” kata ku menjerit,hari itu hari terakhirku menyanyi bersama alvin, suasana menjadi haru, isak tangis tak henti-hentinya dari kami,alvin kini telah ikut bersama mamanya.

Pemakaman.

Kak via tak hent_henti menangis, di pelukan papanya.
“om kak, yang sabar ya! Rio ngerti”kata ku mencoba menabahkan mereka.
“ya yo, makasih,” kata om dave,
Aku tersenyum.
“bro yang sabar ya!” kata cakka.
Aku hanya bisa tersenyum pahit, menahan rasa kehilangan ini.

@rumah.

Aku berdiri sendiri di taman rumahku, dengan gitar ke sayanganku.

“vin, gue kangen lo!, nanti gak ada lagi yang bakal telpon gue tiap pagi, gak ada lagi yang nebeng ke gue, gak ada lagi yang temenin gue berangkat sekolah”
Tiba-tiba ada seorang yang berbisik pada ku “gue ada di hati lo selamanya yo!” kemudian suara itu mengilang diiringi dengan angina yang berhembus menusuk pori-pori tubuhku.

Aku duduk di kursi teras rumah ku dan mulai ku petik gitarku aku mulai bernyanyi untuk sahabatku.

Meski waktu datang
Dan berlalu
Sampai kau tiada bertahan
Semua takan mampu mengubahku hanyalah kau yang ada di hidupku

Hanya lah dirimu mampu membuatku
Syang dan mengasih
Kau bukan hanya sekedat sahabat
KAU TAKKAN TERGANTI..

Satu lagi buat mu vin!

Berjanjilah wahai sahabatku
Bila kau tinggalkan aku
Tetaplah tersenyum

Meski hati
Sedih dan menangis
Ku ingin kau tetap tabah menghadapinya

Bila kau harus pergi
Meninggalkan diriku
Jangan lupakan aku..

Semoga dirimu disana
Kan baik-baik saja
Untuk selamanya

Disini aku kan selalu
RINDUKAN DIRIMU
WAHAI SAHABATKU!!!!

Aku tak bisa mebahan air mataku, dan disini lah cerita ini berakhir…………..

0 comments:

Posting Komentar

 

secuil karya avinda Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea