Melupakannya itu adalah sesuatu hal yang sulit sekali. Entahlah, tapi bagiku itu sangat sulit. Tentu saja, orang yang sudah lama kita cintai, tetapi ternyata dia di miliki oleh sahabat sendiri. Sakit! Pastilah! Tapi bukan kah kita harus berkorban demi sahabat, dan demi cinta?
“Shintaaaa....” suara itu membuyarkan lamunanku. Aku menoleh padanya, ternyata itu Rara, sahabatku.
“Hmm..” sahutku.
“Makan yuk, laper nih.” Katanya, seraya memegang perutnya.
“Ah, males.” Jawabku, malas-malasan.
“Ahhhh..... ayo dong, plis” kali ini wajahnya memelas, dan tangannya dikatupkan di depan mata.
“Randy kemana?” tanyaku, ia hanya menjawab dengan menaikan kedua bahunya.
“Tau, paling lagi main basket.” Jawabnya, kemudian.
“Ayo dong, plis.”
“oke, oke, ayo.”