Kamis, 19 Mei 2011

Adikku tercinta

Posted by Avinda deviana devah at Kamis, Mei 19, 2011
Dor gedor gedor gedor……
Suara berisik itu membangunkanku dari mimpi indahku, huh menyebalkan pasti itu adikku yang menggedor gedor pintu kamarku, dasar adik sialan, kerjaannya ganggu mulu, arrrghhhhhhhhhhhh.

“woy kebo bangun, pagi woy, haha” katanya dari luar sana. Aku langsung emosi dan segera membuka pintu, ingin ku gecek gecek mukanya, ku ijak ijak tubuhnya, ku jambak rambutnya sampe botak, ku jait mulutnya, eh dia malah kabur entah kemana.
“ah sialan lo, cemen, pengecut!” gerutuku, tanganku mengepal erat menahan emosi. Tapi tiba-tiba…
“BHAAAAAAAAAAAAAA”
“kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa”
“bhahahahaha, lucu banget lo ka, wkwkw, wleek :p” katanya tertawa puas.
“rioooooooooooooooooooooooooooooo, sialan lo, sini.” Kata ku dan mengejar adikku Rio.
Turun, naik, turun lagi, naik lagi, muter muter meja makan, tak henti-hentinya ku mengejar si Mario stevano aditya, adik paling ngeselin diduniaaaaaaaaaa.
Sampe akhirnya mama memarahi kami berdua.
“siviaaa rioo! Berentiiiiiiiiiiiiiiiiiii!!”
Dan akhirnya kami berenti kejar-kejaran. Aku dan rio menghadap bunda dengan muka yang tertunduk, pasti dimarahin lagi.
“kalian ini, udah gede masih aja berantem, kaya tikus sama kucing aja! bunda tuh pusing ngeliat kalian terus terusan berantem, dan tiap pagi kejar-kejaran seperti ini!”
“tapi bun, itu si rio yang salah, dia ngebangunin akunya gak sopan, aku malah di panggil kebo!” belaku pada diri sendiri.
“emang lo kebo.” Celetuk rio.
“tuh kan bun, si anak manja ini bilang kebo ke aku, ih” kataku manyun.
“elokan emang mirip kebo ka, badan gemuk gitu, iya kan bun?” kata rio santai.
“cukup, cukup, cukup! Udah selese ributnya? Kalian ini gak dewasa-dewasa ya, kamu via udah kelas XI tapi masih aja kaya anak kecil gini, dan kamu Rio, sekarang kamu udah kelas VIII kamu harus udah mulai dewasa!! Sekarang cepet masuk kamar dan mandi! Cepeeeeeeeeet!!!!!”
Lalu kami berdua kabur menuju kamar, tapi masih sempat saling menjitak kepala lawan (?).


----------------------------------------

Disekolah, tepatnya ditempat dudukku, aku manyun dengan tengan didada, masih kesal dengan kejadian tadi pagi, yang menimpaku. pagi ini benar-benar menyebalkan.
Saat duduk aku merasa gelisah, kesal, dan amarah menyatu, kedua kakiku ku hentak-hentakkan ke lantai, kedua tanganku mengepal dan ku pukuli meja tak bersalah.
Bedug bedug bedug. Suasana pagi hari di sekolahku semakin rame dengan ditambah suara meja dipukuli. Anak-anak bukannya menegur malah ikutan memukuli meja dan bernyanyi, seperti “susis wowowo susis, suami sieun istri, susis wowowo susis, suami takut istri” dan ada pula yang berjoget-joget ala sule, kedua jempol diangkat keatas, berputar-putar, pinggul begoyang-goyang, ayeee, ayeee, suasana sekarang menjadi ramai, aku pun menjadi ceria kembali, dan melupakan masalah tadi pagi.

“hahaha, tadi pagi lo manyun, sekarang nyengir, dasar, wkwk! Kenapa sih tadi pagi?” kata seseorang.
“ya habis tadi pagi gue kesel fy, sama ade gue, tapi sekarang udah gak lagi, udah lupa.”
“pasti gitu, tiap kali lo kesel, pasti gara-gara ade lo. Eh tapi gue pengen tau ade lo kaya gimana, hari ini gue main ke rumah lo ya!”
“yakin lo mau maen fy? Gak bakal nyesel?”
“ya nggak lah via, gue main ya!”
“ya, ya, ya deh!”.

Ify itu sahabatku, sebenarnya kami bersahabat tak begitu lama, malah baru, kami mulai bersahabat saat pertama masuk SMA, jadi ia tak begitu tau tentang keluarga ku, termasuk Rio.
Ify orangnya baik, asyik, cantik, dan bauanyaaaaaaaak lagi, seneng aku punya sahabat seperti ify.


-------------------------------------------

Pulang sekolah, ify benar-benar main kerumahku, kami pulang bareng, dalam hati aku terus berdo’a, semoga ify gak terkena penyakit jantung kalo Rio jail padanya, mulut ku komat kamit membaca mantra (?)

“masuk fy.” Kataku mempersilahkan ify masuk.
“oke”
“duduk fy.”
“siip, ade lo mana?”
‘ya ampun ni anak ngebet banget pengen ketemu ade gue, kaya ade gue artis aja *Rio emang artis wew :p*’ batin ku.
“lo tunggu disini ya, gue, panggil dulu ade gue, tapi.. gue gak tanggung jawab ya kalo lo kenapa-kenapa.” Kataku amat pasrah.
“hhaha, iya via, tenang aja, malah mungkin ade lo bakal takluk sama gue, haha, udah sana panggil.”
Aku pergi mencari Rio dengan berat hati, dan dengan lagkah yang benar-benar lemas.
Saat ku mulai mencari Rio di dalam kamarnya, tiba-tiba, di bawah tempat ify berada, terdengar…..
“BHAAAAAAAAAA”
“WAAAAAAAAAAAAAAAAAA” ify berteriak, perasaan ku gak enak, aku langsung turun menghampiri ify. Ini pasti gara-gara Rio, huh dasar lo.
Hos, hos, hos, “lo gak papa kan fy?” kataku terengah-engah.
“enggak, tadi gue Cuma kaget via.” Kata ify memegang dadanya.
“lbeneran fy? Lo gak kena penyakit jantungkan?”
“lebay deh lo, gak papa kok!”
“syukurlah” kataku mengelus dada.
Di belakang sofa terdengar suara cekikikan, ya, itu suara Rio.
“eh lo, sini, dasar bandel banget sih lo.” Kataku menyeret rio dari belakang sofa.
“aduh, aduh, sesek ini ka, lpasin ih ah.” Kata Rio.
“sekarang minta maap sama kaka ify.”
“via, gak usah terlalu keras sama ade lo, kasian, anak seganteng itu lo siksa.”
Aku langsung menepok jidatku, aduh siify udah terhipnotis kegantengan ade gue, mati gue.
“oke, oke, kaka yang cantik Rio minta maap ya.” Kata Rio dengan lago so’ manisnya.
“iya, ade ganteng, kaka maapin kok,”
“tuh kak, kaka cantik ini aja gak marah, kenapa lo harus marah.”
Mampus gue, mati gue, aku mencela diri semdiri dalam hati.
“oke, tapi namanya ify, bukan cantik!”
“ah via, gak papa ko, ade ganteng kamu manggilnya kaka cantik aja ya, oke!”
“sip kak cantik.”
Rio pasti sekarang merasa menang, pasti dihatinya ia tertawa puas, pasti dalam hatinya ia menghina ku, nasib, nasib.

Suasana menjadi tenang, dan sejuk kembali.

“bi surti, ambilin minum!.”
“iya, non”

Bi surti pembantuku berlalu mengambil air minum untuk ify. Saat aku mengobrol asyik dengan ify, tiba-tiba Rio kembali beraksi, ia kembali menjaili kami, lebih tepatnya aku, di belakang sofa ia menarik rambutku, bukan, bukan menarik tapi mencabut rambutku, beberapa helai rambutku tercabut, aku mencoba sabar dan pindah tempat dari tempat dudukku tadi.

“ini non airnya, silahkan diminum.”
“makasih bi.”
“ya non, oh iya, den Rio, kalo mau naik tangga, hati-hati ya, tangganya licin banget, tadi ketumpahan minyak, belum terlalu bersih.”

Saat menikmati minuman yang baru saja bi surti suguhkan, aku baru sadar, ternyata ponselku tak ada, aku mencarinya di bawah buku, gak ada, dibawah meja, gak ada, pasti diambil Rio.

“ecieeeeeeeeeee, sms dari ka Gabriel, prikitiwwww, haha”
Tuh kan bener ponselku sama dia.
Rio, ih kamu ya, berani-beraninya baca sms orang….” Kataku mengejar dia sampai dapat, tapi sayangnya gak dapet-dapet, aku masih mengejar dia, muter-muter sofa, dan yesss, akhirnya aku dapet juga, ponselku kembali ketanganku, ayeeee.
“dasar kamu, anak bandel, gue sumpahin jatoh dari tangga!!!!!!!!!!!” kataku berteriak.
Rio hanya melet dan langsung naik tangga.
“ya ampun via, lo kalo ngomong hati-hati, jangan asal aja.”
“biarin fy, jatoh jatoh, gue gak peduli, sebel gue sama dia.”
Tapi tiba-tiba terdengar suara Rio menjerit dan berisik seperti ada yang jatoh.
“AAAAAAAAAAAAA, KAKA………..”
“yaampun via, rio, via, rio, itu rio jatuh, viaaaa.”
“alah, Cuma boongan kali fy, dia anaknya jail, pasti dia mau ngerjain kita.”
“nggak via, rio, via rio.” Ify mengguncang-guncang bahuku, raut wajah ify terlihat ketakuta. Aku tak berani menoleh kearah rio, aku juga takut, tapi aku berharap itu boongan, itu gak bener, rio gak papa.
“VIA!!!!! LIAT RIO!!!!!!!!!!!!!!!” kata ify membentakku. Aku yang tadinya takut memberanikan diri melihat Rio, tubuhku bergetar hebat, ya tuhan semoga gak bener, ku pejamkan mataku dan terus berdo’a, saat aku membuka mata, ternyata benar Rio jatuh, kini ia tergeletak lemas di bawah dan berlumuran darah, tanpa berlama-lama, aku langsung menghampiri Rio dan air mata ku meleleh, membasahi pipiku.

“rio, kamu gak papa kan, hiks, rio, bi surtiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.”
“iya non, astagfirullahalazim, den rio kenapa.”
“udah cepet telpon bunda sama ayah, ify cepetan telpon ambulan!!, hiks, hiks.”
“baik non” “oke via.”
“rio, kaka minta maap. Rio kaka salah, rio bangun rio, hiks, hiks, hiks.”
“awwwwwwww sakit ka, kaki roi sakit.” Rintih rio.
“mana yang sakit? Kaka minta maap yo, hiks.”
Disaat ia merasakan sakit yang begitu dalam, ia masih sempat tersenyum.
“gak papa kok ka ini Cuma kecelakaan, awww,”
Kemudia rio pingsan, aku bener-bener merasa bersalah, lalu aku bawa dia ke rumah sakit.

--------------------------------

Dirumah sakit aku masih terisak, air mataku tak henti-tentinya mengalir, aku salah, aku bego, aku bukan kaka yang baik, dan tak henti-hentinya aku mencaci maki diriku sendiri.

“via, udah, jangan nangis, ini Cuma kecelakaan.” Kata ify menenangkanku, ia pun ikut menangis.
“tapi gue salah fy, hiks, gak seharusnya gue nyumpahin rio, hiks, hiks, gue bukan kaka yang baik fy.”
“udah lah via, jangan terus terusan nyalahin diri sendiri, ini bukan salah lo, ini Cuma kecelakaan, mendingan sekarang lo berdo’a biar rio gak kenapa-kenapa.”

Aku hanya menangis, sampe akhirnya bunda dan ayah datang. Aku langsung memeluk bunda. menceritakan semua yang telah terjadi, dan tetap menyalahkan diri
sendiri.

Lalu seseorang berpakaian serba putih ala seorang dokter menghampiri kami.
“pak, bagai mana keadaan anak saya?”
“anak ibu dan bapa udah siuman, tapi begini pak, bu, anak ibu kakinya retak, tapi kami akan berusahan untuk menyembuhkannya pak, untuk lebih lanjutnya, mari bapa, ibu ikut saya ke ruangan saya.”
“oh, baik dok, via, masuk sana liat keadaan Rio.”
Mendengar dokter bilang kalo kaki Rio retak, aku semakin terpukul, aku gak bisa membayangkan gimana nanti, ini semua salah ku.
“via, ayo masuk.” Ify mengajakku dengan lembut.
“ify, lo tau kan kaki Rio retak, apa lo masih mau ketemu dia? Dia kan…”
”cacat maksud lo? Via, rio gak sepenuhnya cacat, tadi lo sendiri dengerkan kata dokter tadi, rio bisa disembuhin. Dan biarpun rio keadaannya kaya gimana gue tetep sayang sama dia, kaya lo sayang ke dia.”
“thanks ya fy,”
“iya via, masuk yu.”

Lalu kami masuk kedalam, rio masih terbaring, mungkin masih kesakitan. Sepertinya ia tau kami yang masuk, kami disambut dengan senyuman lembut, dari hati. Aku menhampiri rio dan menggenggam tangannya erat, mencoba menahan tangis.

“kaka abis nangis ya?”
Aku hanya menggeleng pelan, menggigit bibirku menahan rasa sedih.
“hmmmm, aku minta maap ya ka.”
“kenapa minta maap, kan aku yang salah yo.”
“soalnya Rio gak bisa ngejailin kaka lagi, gak bisa kejar-kejaran lagi sama kaka, ya kaka tau kan rio sekarang cacat. Kaka gak salah ko, rionya aja yang salah, bi surti udah bilang tanggannya licin, tapi rio malah lari.”
“gak yo, nanti kamu sembuh kok, kamu gak cacat kok yo.”
“gak papa kok kak.” Kata Rio masih memancarkan senyum manisnya, aku semakin tak tahan melihatnya, aku ingin menangis tapi aku tak mau Rio melihatnya.

-----------------------------------------

Setelah satu minggu rio dirawat dirumah sakit akhirnya rio diperbolehkan pulang, meski kakinya belum sembuh total dan harus memakai kursi roda. Rio tampak ceria hari ini, ia sangat senang akhirnya keluar dari rumah sakit.

Sesampai di rumah rio memintaku untuk jalan jalan ke taman, aku menuruti kemauan rio. Kami menelusuri jalan setapak, dipinggir jalan tumbuh bunga-bungan yang cantik.
Rio memintaku untuk berhenti tengah taman, dan menyuruh ku duduk.

“ka, dengerin rio nyanyi ya, tapi maap rio gak bawa gitar.”
“nyanyi apa yo? Gak papa, tanpa musik suaramu indah yo.”
“dengerin aja.”
Lalu rio mulai menyanyi.

Tak ada tempat seperti Surga
Untuk kuhabiskan hidupku denganmu
Senandung alunan terindah
Akan kulakukan teruntuk dirimu cinta
Separuh darah hidupku

Tak ada tempat seperti Surga
Untuk kuabadikan hidupku denganmu
Barisan syair yang terindah
Akan kulakukan untuk dirimu cinta
Separuh sukma jiwaku

Ku persembahkan hidupku
'Tuk selamanya padamu
'Kan kuserahkan cintaku hanya untukmu
Selamanya

Ku abadikan hatiku
'Tuk selamanya padamu
'Kan kuserahkan ragaku hanya untukmu
Selamanya

Prok prok prok,
“yeeeeee, bagus yo.”
“makasih ka.”
“yo, aku sayang kamu, kamu adikku tercinta.” Kataku memeluk Rio.
“sama ka, rio juga sayang kaka.”



Pesanku, untuk kalian yang mempunyai adik, biarpun adik kita nakal, bandel, menyebalkan, tapi dia masih adik kita, keluarga kita, jangan sampe kita mengeluarkan kata-kata yang tidak semestinya, apalagi menyumpahkan yang tidak baik. Kadi tetap sayangi adik-adik mu ya teman.



THE END

*cerpen paling lebay*

0 comments:

Posting Komentar

 

secuil karya avinda Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea