Rabu, 13 Maret 2013

The Way to Break Up

Posted by Avinda deviana devah at Rabu, Maret 13, 2013
Author : Avindadvaah

Main Cast : Kang Ha Sang (OC), Kris Wu (EXO-M)

Support Cast : Eun Yo (OC), Kim Joon Myeon (EXO-K), Byun Baekhyun (EXO-K)

Type : Oneshoot -maybe-

Genre : Romance, Friendship, Comfort

Rating : PG-15



Notes : FF ini asli pemikiran autor tanpa ada bantuan dari pihak lain, mohon di mengerti^^






Katakan padaku apa yang harus aku lakukan. Kau tidak mendiamkanku seperti patung, tidak mengabaikanku seperti tak dianggap, tidak juga membuangku seperti sampah. Tapi kau.. tidak peduli padaku, tak ada sedikit perhatian yang kau tumpahkan padaku, seperti tidak ada cinta di hatimu untukku. Kau kekasihku, tapi aku tidak merasakan itu..

“Kris-ah apakah kau sudah makan?” Tanya ku padanya saat kami berdua sedang duduk ditaman universitas.

“Sudah, kau sendiri?” Ia menjawab sembari memamerkan senyuman khasnya. Aku hanya menjawabnya dengan sebuah anggukkan. Setelah itu, terjadi sebuah keheningan yang melanda di antara kami.
Tiba-tiba aku merasa sesuatu menggoyak perutku, semacam sakit perut bulanan.
“Errng….” Aku mengerang tertahan sehingga mengeluarkan sedikt suara, sedikit melirik pada Kris yang berada di sampingku berharap ada reaksi darinya. Namun nihil, Kris masih berkutat serius dengan buku dan headphone yang menguntai di kedua telinganya. Aku menggigit bibir bawahku menahan sakit di perut dan hatiku. Sakitnya terasa berkali-kali lipat, Kris selalu saja seperti itu, selalu tidak peduli saat aku mengharapkan kepeduliaannya, Kris tidak pernah peka dengan apa yang aku rasakan, atau… dia pura-pura tidak peka, ah aku tidak tahu apa yang membuatnya seperti ini, aku hanya ingin sebuah perhatian dan kepedulian darinya, hanya itu. Aku tidak meminta lebih darinya. Bukankah itu hal wajar? Ingin di perhatikan oleh kekasihnya sendiri?
Sakit di perutku semakin terasa ditambah dengan sakit di hatiku, aku meremas ujung bajuku, aku tidak ingin merengek kesakitan dedepan Kris, aku bukan gadis yang manja.

“Eung.. Kris.. a..aku kekelas duluan ya..” Ucapku menyetuh pundak Kris, kemudian berdiri dan hendak melangkah meninggalkan Kris saat suaranya kembali terdengar di telingaku. Aku menoleh padanya.

“Apa? Bukan kah waktunya masih lama?” Ujarnya sembari melirik jam tangan yang ada di pergelangan tangan kanannya.

“Eung... Ne.. a..aku sakit perut dan ingin istirahat di kelas saja.” Jawabku sedikit terbata menahan sakit, aku sedikit berharap padanya.

“Ah begitu..Baiklah kalau begitu lebih baik aku juga masuk kelas.” Lalu ia bangkit dan melangkah menghampiriku, tangannya menarik tanganku dan menggenggamnya.
Lihat saja.. tidak ada respon darinya mengenai keadaanku, tapi dia tidak pernah melupakanku Kris selalu mengganggapku ada. Kami mulai melangkahkan kaki menuju kelas kami, tapi aku menundukkan wajahku, menggigit bibir bawahku.. selalu begini, aku harus bagaimana, yang ku inginkan dari Kris seperti yang kuucapkan tadi sebuah perhatian darinya...

***

From : Kris Wu<3

Baby-ah~ Mianhae aku tidak bisa mengantarmu pulang, hari ini ada rapat dengan club potografi, nanti malam aku ke rumahmu, Love you :*

Itu isi pesan yang baru saja ku terima dari Kris, aku menghela nafas sudah beberapa hari ini Kris selalu sibuk dengan club photografinya itu mengingat akhir bulan ini di kampus kami akan mengadakan sebuah pameran, jelas Kris sangat sibuk, ia sendiri mendapat kedudukan tinggi di jabatannya, sebagai ketua. Aku memakluminya dan aku mengerti dengan posisinya itu. ku putuskan membalas pesannya.

To: Kris Wu<3

Ne, gwenchana^^ Love you too :*

Aku memasukan ponselku kedalam kantung hoodie-ku, lalu aku kembali menyibukan diri berkutat dengan kanvas dan alat lukisku yang lain. Ini lah aku, seorang gadis yang menyukai seni lukis, aku masuk jurusan seni rupa di salah satu universitas terkenal di korea ‘Yonsei University’. sedangkan Kris, ia masuk jurusan bisnis. Ia pernah berkata padaku ia ingin menjadi seperti ayahnya yang menjadi pengusaha terkenal di kota kelahirannya, Cina. Karena perusahaannya bercabang di Korea, ia memutuskan untuk belajar dan melanjutkan perusahaan ayahnya itu di Korea. Kris memang tampan, berwibawa dan gentle itu yang membuatnya selalu dielu-elukan oleh gadis-gadis yang berada di sekitar kampus. Kadang aku berfikiran apakah sikap Kris selama ini yang tak acuh kepadaku karena dia memiliki gadis lain? Ah bodoh sekali aku. Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, aku tak boleh berpikiran seperti itu! aku menghela nafas, tapi kenyataannya memang seperti itu, Kris tidak pernah menaruh perhatian yang lebih terhadapku dari pertama kita berpacaran, lalu sebenarnya apa aku ini? Kekasihnya kah atau, hanya sekedar pendampingnya?

“Ya, Ha sang-ah, apa yang kau lakukan, huh?” suara Eun yo –sahabat sekaligus teman satu jurusanku- membuyarkan lamunanku. Aku menoleh padanya dan tersenyum kepadanya sebagai jawaban.

“Kau pulang dengan Kris hari ini?” tanyanya sembari duduk di kursi yang berada disampingku.

“Tidak, Kris ad--“ belum selesai aku melanjutkan kalimatku, Eun yo sudah memotongnya.

“Baguslah, hari ini kau harus menemaniku membeli hadiah untuk Joon Myeon, kau tahu kan minggu depan dia ulang tahun. Aku hanya memiliki waktu luang hari ini, besok-besok aku disibukkan dengan pameran itu.” ah ya ya ya, Eun yo memang salah satu dari panitia pameran yang akan di laksanakan akhir bulan ini, tapi mengapa anak ini tidak ikut rapat seperti Kris dan malah memintaku menemaninya untuk membelikan hadia untuk kekasihnya Joon Myeon? Atau mungkin beda urusan? Ya mungkin saja, aku tidak mengerti tentang pameran itu.

“Hey, Ha sang-ah, kenapa kau malah melamun, mau tidak? Mau ya? pasti mau, pokoknya kau harus mau!” Selain memiliki kebiasaan memotong pembicaraan orang lain, Eun yo juga orang yang suka memaksa, dan untuk kali ini pun aku tak bisa berkilah, aku akan menemaninya hari ini, toh di rumah juga aku mau apa.

“Baiklah...”


***

Disini, tepatnya di Myeong Dong aku dan Eun yo mencari hadiah untuk Joon Myeon. Dari dua jam yang lalu kami berkeliling kesana-kemari namun Eun yo belum menemukan hadiah yang pas untuk kekasihnya itu. Tadi, ia hampir saja membeli sebuah syal berwarna ungu, namun diurungkan karena ia berfikir pasti Joon Myeon sudah terlalu banyak memiliki syal teringat setiap kali Eun yo dan Joon Myeon berjalan-jalan di Sungai Han pada musim gugur dan musim dingin, Joon Myeon selalu memberikan syalnya kepada Eun yo, karena kebiasaan –lainnya- yang selalu lupa membawa syal.

“Eun yo-ah, mau sampai kapan kita berkeliling seperti ini? Apa sebaiknya kita tidak istirahat dulu sebentar? Aku lapar kakiku pegal.” Melasku pada Eun yo. Dari dua jam yang lalu aku belum membeli sesuatu dan bahkan aku belum duduk, kakiku rasanya mau copot.

“Eum... baiklah..” ujarnya seraya melirik jam tangan yang melingkar di pergelanagan tangan kirinya. “Bagaimana kalau kau pergi duluan kekedai makanan yang disana, dan memesan makanan untukku, aku masih ingin mencari hadian untuk Joon Myeon, takut tidak keburu.” Eun yo menunjuk salah satu kedai makanan yang tak jauh dari sana.

“Baiklah, kau ingin memesan apa?”

“Samakan saja denganmu.”

Setelah percakapan terakhir kami, kami berdua berjalan kearah yang berlawanan. Aku pergi kesalah satu kedai makanan sedangkan Eun yo masih mencari hadiah untuk kekasihnya.
Aku masuk ke kedai tersebut dan duduk disalah satu meja kosong yang tersedia. Lalu memesan dua ddukbokkie dan dua vanilla-late untukku dan untuk Eun yo. Tak berapa lama pesananku datang. Aku sudah tak sabar menyantap makanan ini, perutku sudah meraung-raung meminta diisi, tapi sebelumnya aku harus menghubungi Eun yo terlebih dahulu. Aku hendak mengambil ponsel yang berada di kantung hoodieku saat mataku tak sengaja menangkap siluet yang tak asing lagi di indra penglihatanku. Aku memicingkan mataku memperjelas apakah aku tidak salah melihat, apakah itu orang yang ku kenal, bahkan bukan sekedar kukenal. Setelah yakin dengan penglihatanku, mataku membelalak, aku menutup mulutku. Itu…. Bukan kah itu Kris? Bukan kah itu Kevin Li pacarku? Tapi mengapa dia ada disini dan.. dia merangkul seorang gadis yang tak ku kenali, siapa dia? Setahuku Kris memang memiliki adik perempuan, namun ia masih kecil dan ia tinggal di Cina. Lalu siapa gadis yang bersama Kris itu? Ya Tuhan! Aku merasa mataku mulai panas, ayolah Ha sang jangan seperti ini, mungkin itu temannya Kris, atau sepupunya –yang ku yakin sebenarnya Kris tidak mempunyai keluarga di Korea-. Aku menggigit bibir bawahku kencang-kencang, menahan supaya tangisku tidak pecah. Aku terduduk lemas dikursiku. Apa aku harus bertanya pada Kris? Ya aku harus bertanya, walau bagaimanapun aku adalah kekasihnya. Aku mengambil kembali ponselku yang masih berada dalam kantung hoodieku. Aku menyentuh layar benda mungil canggih dengan berbagai kegunaan itu, dan tak butuh waktu yang lama untuk menemukan nama Kris Wu di list messageku.

To : Kris Wu<3

Kau dimana?

Aku mengklik tombol warna biru di ponselku dan menunggu balasan dari Kris. Aku menggenggam ponselku erat-erat seakan takut benda multi fungsi itu hilang dari genggamanku. Tak lama kemudian ponselku bergetar, aku langsung menyalakannya dan tak salah lagi di layar ponselku menari-nari sebuah amplop kuning dan pengirimnya dari Kris.

From : Kris Wu<3

Aku masih di kampus Ha sang-ah, waeyo?

Aku tak mungkin salah lihat, mataku masih normal. Tapi Kris bilang ia masih ada di kampus, aneh sekali mana mungkin Kris berubah menjadi ada dua kan? Aku hendak mengetik balasan untuk Kris saat Eun yo tiba-tiba duduk di depanku.

“Ah, akhirnya aku menemukannya, semoga ini cocok untuk Joon Myeon.” Ia mengangkat sebuah kardus berisikan headphone berwarna ungu yang ku yakin itu hadiah untuk Joon Myeon. “Ayo cepat makan, pasti makanannya sudah dingin kan?” ia berujar kembali. Aku ingat bukan kah Eun yo juga terlibat dalam pameran? Apa aku Tanya saja padanya?

“Eun yo-ah…”

“Hmm…” itu yang terdengar darinya, karena mulutnya sudah di penuhi oleh ddukbokkie.

“Bukan kah kau panitia dari pameran, mengapa kau tidak ikut rapat hari ini?”
Eun yo hendak menyuapkan ddukbokkienya tetapi diurungkan niatnya berganti menatapku dengan ekspresi bingung.

“Hari ini tidak ada rapat untuk pameran Ha sang-ah.” Lanjutnya, kemudian langsung menyuapkan ddukbokkienya yang tadi sempat terhenti.

“Tidak ada? Club potografi apakah ada rapat?” Tanyaku lagi, yang kali ini hanya dapat gelengan dari Eun yo karena mulutna penuh dengan makanannya lagi.

“Hari ini setahuku tidak ada rapat apapun, Ha sang-ah. Dan kau bilang club potografi ada rapat? Tentu tidak kalau iya mana mungkin aku berada disini, aku juga kan salah satu anggota club itu.” Ah ya, benar juga kenapa tidak terfikirkan olehku dari tadi sih? Eun yo juga kan salah satu anggota club potografi, dan ia skretasi di club itu, kalau Kris sebagai ketua mengadakan rapat mengapa Eun yo sebagai skretaris tidak di ajak rapat?

“Memangnya kenapa kau bertanya seperti itu, Ha sang-ah?” aku menimang apakah aku harus bercerita padanya mengenai Kris atau tidak. Dan akhirnya aku memutuskan untuk menceritakan semuanya dari awal.

“Astaga… apa kau benar-benar yakin itu Kris?” komentarnya saat setelah aku menceritakan semuanya. Aku hanya mengangguk, air mataku sudah mengalir di kedua pipiku sedari tadi.

“Mengapa kau tidak mengejarnya Ha sang-ah? Dan mengapa kau hanya diam begini, hubungi Kris dan mintai jekelasannya.”

“Aku bingung, aku takut aku hanya salah paham. Aku tidak mau dibilang kekasih yang cemburuan Eun yo-ah..”

“Ya Kang Ha sang, mau sampai kapan kau begini terus? Ini bukan yang pertama, ini sudah yang kesekian kalinya kau di perlakukan seperti itu oleh Kris, didepan mu dia tidak melakukan apa-apa tapi di belakangmu? Siapa yang tahu kan? Sudahlah aku tidak suka padanya, putuskan saja dia Ha sang-ah..” dan satu lagi kebiasaan Eun yo, jika ia sedang marah suaranya tidak bisa dikecilkan, bahkan ia memarahiku sambil berdiri, hingga orang-orang di sekitar kami melihat kearah kami.

“Eun yo-ah, bisa kah kau duduk dan mengecilkan suaramu? Orang-orang sedang melihat kearah kita.” Ucapku parau sambil menunduk.

“Ah, ya.. joesonghamnida~” Katanya meminta maaf sambil membungkukkan badannya kepada orang-orang disekelilingnya.

“Baiklah, sampai mana tadi? Ah ya.. jika besok aku bertemu dengannya, aku akan memarahinya!” ucapnya kembali dengan penuh emosi, namun kali ini nada suaranya lebih pelan dari pada yang tadi.

“Tidak… biarkan aku sendiri yang menyelsaikannya, aku tidak mau merepotkan orang lain. Lagi pula ini urusanku Eun yo-ah.”

“Baiklah kalau begitu, kau yang sabar, jika kau sudah tidak tahan lagi sudahilah semuanya, aku tak mau melihatmu terluka karenanya lagi.” Eun yo memandangku penuh rasa iba, kemudian ia memelukku. Aku masih sangat bersyukur pada Tuhan, karena Tuhan mengirimkan sahabat sebaik Eun yo untukku.

***

Aku melangkahkan kakiku gontai keluar dari kamar apartemenku. Kris barusan mengirimku pesan singkat kalau ia sedang menuju apartemenku. Tadinya aku ingin menolak agar ia tidak datang malam ini, namun kuurungkan niatku karena kupikir aku harus menyelesaikan masalahku malam ini juga. Hendak saja aku mendaratkan pantatku di atas sofa berwarna caramel, bel apartemenku berbunyi yang kuyakini itu pasti Kris. Aku menghela nafas berat, kemudian berjalan menuju pintu. Saat aku membuka pintu, sosok jangkung itu sudah berdiri dengan tegak. Kedua tangannya dimasukan kedalam saku celananya. Ia tersenyum kepadaku, lebih tepatnya ia memamerkan cengiran khasnya yang selalu membuatku luluh lantah, oh Tuhan Kris! Ia mendekatkan tubuhkan padaku dan langsung memelukku. Aku berniat membalas pelukannya, namun sepertinya itu sama saja akan membuat pertahananku runtuh.

“Masuklah..” kataku dan melepas pelukannya.

“Hey nona Kang, kau kenapa? Kau tak suka aku datang malam ini?”

“Tidak, bukan seperti itu.. Sudahlah ayo cepat masuk.”
Aku menutup pintu apartemenku dan hendak saja aku ingin mendahului Kris masuk kedalam apartemenku, Kris menahan pergelangan tanganku.
“Kau tak biasanya, kau kenapa?”

“Aku tak apa, ayo masuk. Aku akan membuatkanmu coklat panas. Tunggulah sebentar.” Ucapku disertai seulas senyuman yg sebenarnya ku paksakan, yah semoga saja Kris tidak menyadarinya, karena aku langsung pergi ke dapur. Yang kulihat setelah kepergianku Kris mematung di tempat sebentar lalu ia beranjak ke sofa.
Tak perlu lama untuk membuat dua cangkir coklat panas, aku sudah terlalu sering membuatkannya untuk Kris, dan Kris bilang coklat panas buatanku adalah coklat panas terenak yang pernah ia coba, terlalu berlebihan memang. Aku melihat Kris tengah asik menonton salah satu acara reality show yang ditayangkan di televisi. Aku duduk disampingnya seraya menyodorkan secangkir coklat panas miliknya.
Terjadi keheningan antara aku dan Kris, entah mengapa mulutku terasa kelu untuk memulai percakapan. Aku kembali menyesap coklat panasku perlahan, kepulan dari uapnya semakin sedikit. Mataku melirik Kris yang duduk disampingku, ia sedang asik dengan ponselnya itu entah apa yang membuat perhatian Kris beralih pada ponselnya. Mungkinkah gadis yang berasamanya di Myeong dong tadi? Baiklah aku tak tahu, dan lebih baik aku segera menanyakan semuanya sekarang.
Aku bedehem, perhatiannya sedikit teralihkan padaku. Ia menatapku penuh tanya. Sedangkan aku menatap lurus-lurus cangkir coklat panasku. Mulutku belum juga ingin mengeluarkan sepatah kata, ayolah Ha sang, berbicara!

“Seharian ini... Kau kemana saja?” akhirnya! Aku berhasil berbicara padanya, walaupun hanya sekedar basa-basi.

“Maksudmu? Aku kan sudah bilang, hari ini aku rapat bersama club potografi.”

“Benarkah? Tapi mengapa Eun yo tidak ikut? Seharian ini aku bersama Eun yo, bukan kah Eun yo juga bagian terpenting dari clubmu? Bahkan Eun yo bilang tidak ada rapat apapun untuk hari ini.” Aku berhasil mengatakannya dengan lancar dengan memandang ke arahnya. Ekspresinya tak bisa ku artikan, entah lah semula wajahnya memang terlihat tegang, namun seperkian detik kemudian wajahnya kembali tenang. Itulah Kris ia selalu berhasil menguasai ekspresi wajahnya.
Ia mengela nafas, aku masih diam menunggu jawaban darinya.
“Baiklah Ha sang-ah, aku minta maaf aku berbohong padamu. Hari ini aku menemani seorang teman yang datang dari Cina.” Ia menggenggam tanganku, kedua mata tajamnya menatap mataku, namun aku mengihindari tatapan itu. karena aku tahu, tatapan itu mampu mengunci hatiku, dan aku tak ingin.

“Menemaninya berbelanja di Myeong Dong?” tanyaku langsung tanpa melihatnya. Tangannya yang semula menggenggamku mengendur.

“Ba..bagai mana kau...”

“Bagaimana aku tau?” aku tersenyum padanya. Kini aku menatapnya. “Tentu aku tahu, tadi siang aku menemani Eun yo membeli hadiah untuk Joon Myeon di Myeong Dong, dan tanpa sengaja aku melihatmu, kau merangkul gadis itu dan kau tertawa bersamanya.”

“Ha sang-ah, ku mohon jangan salah paham dulu.” Kini ia kembali mengeratkan genggamannya pada tanganku. Aku menggeleng. Aku sudah terlalu cape dengan semua ini. Aku ingin menyudahinya, menyudahi kesakitan yang ia perbuat padaku tanpa ia peduli perasaanku.

Mian Kris, aku rasa sudah tidak ada lagi yang perlu kau jelaskan. Ini bukan yang pertama, kau ingat?” Kris tersentak saat mendengar kaimat terakhir yang ku lontarkan. Ya, ini memang bukan yang pertama, melainkan yang kesekian kalinya. Dan bodohnya, aku selalu percaya padanya, aku selalu memberinya maaf, hingga tanpa kusadari aku jatuh terlalu dalam pada cintanya.

“Tapi Ha sang-ah, sungguh yang ini kau salah paham.” Mata itu, mata tajamnya kini menusuk tepat di kedua mataku. Aku memejamkan mataku dan menutup kedua telingaku, aku tak ingin mendengar penjelasan apapun lagi darinya. Aku tak ingin jatuh kedalam kesalahan yang sama untuk yang kesekian kalinya.

“Cukup Kris, aku cape. Aku cape dengan hubungan ini. Tidak kah kau memikirkan perasaanku barang sedikit saja? Aku rasa kita sudahi sampai disini saja.” Yeah aku yakin dengan keputusanku. Setelah ini aku akan menjalani hariku seperti biasanya, walau tanpa dia disisiku.

“Baiklah jika itu maumu, yang perlu kau tahu, dia hanya teman masa kecilku yang memintaku menemaninya belanja. Dan kau harus tau, aku mencintaimu Ha sang-ah.” Ia masih menatapku, namun aku –lagi-lagi menghindarinya. Aku sudah memantapkan hatiku, apapun alasan yang ia berikan padaku aku tak akan mempercayainya, walaupun dengan beribu kata manapun aku tak akan kembali padanya. Ia berdiri, lalu mencium puncak kepalaku, untuk yang terakhir kalinya. Kemudian ia berjalan keluar, meninggalkan apartemenku. Sebelum ia benar-benar pergi aku mendengarnya bergumam “Jaga dirimu baik-baik, aku akan kembali ke Cina setelah pameran nanti.” Aku menoleh ke pintu, sosoknya sudah tiada. Ia sudah pergi, sekuat tenaga aku menahan air mataku tadi dan kini ia telah turun dengan bebas membasahi kedua pipiku. Dia bilang, dia akan kembali ke Cina? Lalu apa yang harus aku lakukan? Mengejarnya? Tidak mungkin! Aku sendiri yang sudah memutuskannya, dan aku harus benar-benar memulai hari yang baru tanpa kehadiran seorang Kris Wufan.

Even if it’s painful, I’ll pretend it’s nothing
Even if I’m tearing there’s a way to keep it in
Even if my heart is scarred
There’s a way to still peacefully smile
That is the way to break up”


***

Satu bulan berlalu setelah kejadian itu, pameran sudah selesai di laksanakan dari satu minggu yang lalu. Dan Kris sudah kembali ke Cina beberapa hari yang lalu. Ia sempat menemuiku untuk mengucapkan salam terakhir dan meminta maaf padaku. Tanpa ia meminta maaf pun aku sudah memaafkannya. Dan aku benar-benar hidup dengan lembaran baru, tanpa merasa sedih karena ditinggal olehnya, tanpa merasa kesepian karena tak ada dia di sampingku. Toh aku masih mempunyai Eun yo yang dengan setianya ia selalu menemaniku kemanapun.

I’ll have to get used to the days without you
and tomorrow I will feel slightly better
It will slowly fade and be forgotten”

Kini hanya ada kenangan antara aku dan Kris, aku tidak akan melupakannya. Aku akan menyimpannya dalam hatiku. Walaupun penggantinya akan mengisi hatiku, namun kenanganku dan Kris tidak akan pernah aku lupakan. Selamat tinggal Kris Wu…

Hhh… aku sangat bosan sore ini. Eun yo pergi bersama Joon Myeon, jadi dia tidak bisa menemaniku jalan-jalan. Aku memutuskan untuk jalan-jalan ke sungai Han sekedar untuk mengusir rasa penatku yang akhir-akhir ini membuatku tak nyaman. Udara sore di sungai Han semakin mendingin, mengingat sebentar lagi akan pergantian musim. Musim dingin, aku menyukai musim dingin. Karena di musim dingin salju turun, dan tentu saja identik dengan natal. Aku sangat senang karena di musim ini aku bisa berkumpul dengan keluargaku, merayakan natal bersama di rumah, pasti menyenangkan! Udaranya semakin dingin, sialnya aku lupa membawa syal karena terlalu terburu-buru. Aku menggosokkan kedua tanganku, kepulan uap keluar dari mulutku saat aku menghembuskan nafas dari mulutku. Err… benar-benar dingin!

“Hey, bukan kah kau Ha sang-ssi?” seseorang bersuara baritone menyapaku. Aku menoleh ke arahnya, mendapati seorang laki-laki berparas imut mengenakan mantel coklat dengan kedua tangannya di masukan kedalam saku mantelnya, dan syal merah melilit di lehernya. Tampan.. satu kata itu tiba-tiba melintas di otakku. Aku mengerjapkan mataku, aihs Ha sang, baru saja kau putus dari Kris sekarang kau mau naksir laki-laki yang tak kau kenal sama sekali?

“Haloo?” sapanya lagi, kali ini ia mengibaskan tangannya di depan wajahku, astaga aku melamun sedari tadi!

“Ah, ne? waeyo?”

“Kau tidak mengenaliku?” wajahnya yang ceria terlihat murung dan kecewa saat ia mengatakan kalimat barusan, dan itu terlihar lucu senkali dimataku, ya Tuhan aku ingin mencubitnya!

“Ah? Nuguya?” aku merasa bersalah padanya, aku benar-benar tidak mengenalinya!

“Aku Baekhyun, Byun Baekhyun.. apa kau lupa padaku?” ia kembali memamerkan cengirannya yang membuatnya terlihat semakin menggemaskan, astaga anak ini.. tunggu siapa? Byun Baekhyun? Ah ya aku ingat, dia teman semasa SMP ku dulu, banyak yang berubah darinya, aku tak ingat kapan terakhir kali bertemu dengannya, harus ku akui pemuda ini dari dulu memang tampan, aku sempat menaruh hati padanya. Dan mungkin kah kali ini pun aku jatuh hati lagi padanya?


***

Ini FF bercast member EXO yang pertama ku buat, gatau deh gimana ceritanya aneh gaje atau apa. ceritanya masih gantung atau end gatau deh :D

0 comments:

Posting Komentar

 

secuil karya avinda Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea